Istilah Istilah Dalam Pakan Ternak
BEBERAPA TERMINOLOGI PAKAN TERNAK
Apparent Digestible Coeficient (ADC) : koefisien cerna semu
Pakan (feed): materi yang sanggup dimakan dan menyediakan zat kuliner untuk ternak.
Pangan (food): materi yang sanggup dimakan dan menyediakan zat kuliner pada manusia.
Diet: adonan materi pangan/pakan yang dipakai untuk menyediakan zat kuliner untuk manusia/ternak.
Ransum (ration): penyediaan pangan/pakan harian
Bahan pakan (feedstuff): satu atau beberapa macam materi baik diolah, setengah jadi atau materi baku, yang bertujuan untuk dibuat menjadi pakan atau diberikan pribadi kepada binatang penghasil pangan.
Bahan pangan (foodstuff) satu atau beberapa macam materi baik diolah, setengah jadi atau materi baku, yang bertujuan untuk dibuat menjadi pangan atau dipakai sebagai pangan/pakan.
Bahan baku pakan (Feed ingredient): Suatu potongan komponen atau suatu penyusun dari suatu kombinasi atau adonan suatu pakan, mempunyai nilai nutrisi maupun tidak dalam ransum ternak, termasuk imbuhan pakan (feed additives). Bahan (ingredient) berasal dari tanaman, binatang atau binatang air, atau materi organik atau anorganik lain.
Imbuhan Pakan (Feed additives): Setiap materi yang tidak lajim dikonsumsi binatang sebagai pakan, yang dengan sengaja ditambahkan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai nutrisi, sanggup mensugesti karakteristik pakan atau produk hewan. (Catatan: materi tersebut mencakup microorganisme, enzim, pengatur keasaman, mineral, vitamin, dan materi lain yang termasuk ke dalam cakupan definisi ini, tergantung pada tujuan penggunaan dan cara pemakaiannya).
Pakan Obat (Medicated feed): Setiap pakan yang mengandung obat binatang sebagaimana ditetapkan dalam Panduan Prosedur Codex Alimentarius Commission.
Bahan-bahan yang tidak diinginkan/Cemaran (undesirable substances): Cemaran-cemaran dan bahan-bahan lain yang terdapat di dalam pakan atau materi baku pakan yang mengandung resiko terhadap kesehatan konsumen, termasuk keamanan pangan yang terkait dengan isu-isu kesehatan hewan
Nutrisi (nutrition): secara umum sanggup dimaknai sebagai suatu proses yang saling berkaitan dan menyangkut aspek pemilihan, konsumsi materi pakan, pencernaan dan penyerapan nutrien dalam jalan masuk pencernaan, serta metabolisme nutrien dalam sel tubuh untuk aneka macam tujuan.
Zat kuliner atau nutrien (nutrient): unsur atau senyawa kimia dalam materi pangan atau pakan yang sanggup menunjang reproduksi, pertumbuhan, laktasi atau kebutuhan hidup pokok. Zat kuliner atu nutrient: air, protein dan asam amino, karbohodrat, lemak, vitamin dan unsur inorganik atau mineral (Ca, P, Mg, Na, K, Cl, I, Zn, Fe, Cu, Co, Mn, Mo, Se). Energi yang diharapkan ternak sanggup disediakan oleh lemak, karbohidrat dan kerangka karbon asam amino.
Zat kuliner esensial atau indispensible: zat kuliner yang diharapkan keberadaannya dalam ransum dan tidak sanggup disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi.
Kebutuhan nutrient (nutrient requirement): jumlah nutrien yang diserap dan dimetabolisme di dalam sel-sel tubuh untuk kelestarian hidup atau keutuhan alat tubuh (kebutuhan hidup pokok) dan untuk memenuhi tujuan-tujuan produksi yang mencakup kebutuhan untuk reproduksi, pertumbuhan, produksi telur, susu, wol atau produksi tenaga tergantung pada jenis ternaknya (kebutuhan produksi). Kebutuhan nutrien untuk hidup pokok merupakan prioritas utama dalam utilisasi nutrien. Kebutuhan nutrien untuk produksi umumnya sanggup dipenuhi sesudah kebutuhan pokok terpenuhi.
Defisiensi nutrien: suatu kondisi dikala jumlah suatu atau beberapa nutrient yang dikonsumsi dan diserap tidak mencukupi kebutuhan sehingga mengakibatkan penurunan performans produksi atau timbulnya tanda-tanda klinisdan bahkan kematian.
Gizi jelek (malnutrition): terjadi akhir kekurangan zat kuliner ibarat marasmus (defisiensi energi, protein dan zat kuliner lainnya), kwashiorkior (defisiensi kualitas atau kuantitas protein), rabun ayam (defisiensi vitamin A), gondok (defisensi iodium), anemia (defisiensi Fe, vitamin B12, atau asam folat), white muscle desease (defisiensi Se), kelainan fisik atau cacat fisik (keracunan Hg, Pb, Cu akhir pencemaran lingkungan).
Gizi berlebih: terjadi akhir kelebihan mengkonsumsi zat kuliner ibarat kegemukan dengan aneka macam resikonya.
KONSUMSI PAKAN
Proses makan (feeding): acara yang komplek, yang mencakup mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan mencerna.
Ad libitum : sistem pemberian pakan yang tidak terbatas
Restricted Feeding: sistem pemberian pakan yang terbatas
CNS (Central Neurvous System) : sistem syaraf pusat
Teori Khemostatik: merupakan teori bahwa binatang makan untuk mencukupi kebutuhan nutrien.
Teori Termostatik: terori bahwa binatang makan untuk mempertahankan temperatur tubuhnya.
SISTEM PENCERNAAN
Pencernaan : proses lanjutan dari pengambilan pakan (feed intake) oleh binatang sebagai persiapan untuk proses penyerapan nutrien yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh
Karnivora: kelompok binatang pemakan daging (makanan asal hewan), mempunyai gigi taring untuk mencabik makanannya, perutnya tunggal (monogastrik) dan sederhana
Herbivora : kelompok binatang pemakan tumbuhanAlat pencernaan herbivora lebih panjang dan lebih kompleks serta telah mengalami modifikasi yang memungkinkan herbivora sanggup memakai serat (selulosa dan polisakarida lain ibarat hemiselulosa) dalam jumlah reletif banyak
Omnivora: kelompok binatang yang mempunyai berperut tunggal. Alat pencernaannya relatif lebih panjang, lebih kompleks dan cecum-colonnya (usus besar) lebih berkembang lantaran sebagian pakannya ialah nabati yang mengandung serat.
Monogastrik: binatang berperut tunggal dan sederhana. Alat pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar dan rektum. Sistem pencernaannya disebut simple monogastric system.
Poligastrik: binatang berperut ganda (kompleks) ibarat ruminansia sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut pollygastric system.
Regurgitasi: proses pengelaran bolus kuliner yang masih agresif kembali ke lisan untuk remastikasi menjadi dikunyah (mamah biak), biasanya dilakukan ternak ruminasia sambil berbaring
Pencernaan hidrolitik atau enzimatis: pencernaan yang dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan. Pada pencernaan hidrolitik ini polimer dipecah menjadi monomer, contohnya karbohidrat dipecah menjadi glukosa, atau protein dipecah menjadi asam amino.
Pencernaan fermentatif: Proses pencernaan yang dilakukan atas santunan mikroba. Pada proses pencernaan fermentatif zat kuliner dirombak menjadi senyawa lain yang berbeda sifat kimianya sebagai zat intermediate
Apparent Digestible Coeficient (ADC) : koefisien cerna semu
Digestible Coeficient (ADC): koefisien cerna sejati
ENERGI
Volatile Fatty Acids (VFAs): asam-asam lemak terbang yang merupakan produk perombakan karbohidrat dan merupakan energi utama untuk ruminansia.
Gross Energy (GE) / Energi Bruto (EB): panas yang dihasilkan dari proses pembakaran dengan materi kuliner dan diukur dengan bobm kalorimeter
Digestible Energy (DE) / Energi Dapat Dicerna (EDD): energi yang sanggup dicerna oleh ternak. ED = GE Pakan? GE Feses
Metabolizable Energy (ME) / Energi Termetabolismekan : energi yang sanggup dimetaboliemekan. Dihitung dengan cara berikut: ME = GE pakan ? Ge feses dan GE urine, atau ME = DE ? GE urine.- GE metan
Heat Increament (HI): panas yang dikeluarkan selama proses perombakan/ metabolime zat makanan.
Net Energy (NE) : Metabilizable Energy ? Heat Increament. ME ? HI
PROTEIN
Protein nutrien yang terdiri dari satu atau lebih ikatan asam amino. Protein ini disebut juga polypeptide alasannya ialah beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptide.
Biological Value: pengukuran pribadi potongan protein yang sanggup dipakai oleh binatang untuk mensintesis jaringan tubuh dan senyawa-senyawa lain yang di definisikan sebagai potongan nitrogen yang diabsorpsi oleh hewan.
Net Protein Utilization (NPU): perbedaan antara nitrogen pada karkas ayam yang diberi protein test dan nitrogen karkas pada ayam yang diberi ransum bebas nitrogen.
Protein Retention Efficiency (PRE):Penilaian kualitas protein menurut banyaknya protein yang dibuat dari protein yang dikonsumsi.
Non Protein Nitrogen (NPN): nitrogen yang bukan protein, contohnya urea, amonia, amida.
MINERAL
Mineral Makro: mineral yang dibuthkan dalam jumlah banyak, antara lain Ca, P, K, Na, Cl, S dan Mg.
Mineral Mikro: mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, antara lain Fe, Za, Cu, Mo, Se, I, Mn, Co, Cr, Sn, V, F, Si, Ni dan As.
VITAMIN
Vitamin adalah senyawa organik yang merupakan komponen yang terdapat didalam kuliner dengan jumlah sedikit
Provitamin adalah senyawa yang tidak termasuk vitamin tetapi sanggup diubah menjadi vitamin
Antivitamin disebut juga vitamin antagonis atau pseudovitamin yaitu senyawa yang tidak berfungsi sebagai vitamin, tetapi secara kimia berafiliasi dengan acara biologi vitamin.
KEBUTUHAN AIR
Air metabolis: ialah air hasil oksidasi komponen organik dalam sel
Water turnover: ialah kecepatan air dikeluarkan dan digantikan dalam jaringan
ANTINUTRISI
Phytat merupakan salah satu non polysaccharida dari dinding tumbuhan ibarat silakat dan oksalat
Tannin ialah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500 ? 3000,tannin sanggup mengendapkan protein dari larutan
Protease inhibitor ialah senyawa yang sanggup menghambat trypsin dan chymotripsin dan umumnya pada tumbuhan mengandung konsentrasi yang rendah kecuali kedele
Cyanogenic glycoside, cyanoglycosida atau cyanogen ialah senyawa yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan hydrogen cyanida (HCN).
Non-starch polysaccharide (NSP) ialah karbohidrat komplek yang terlihat di endosperm dinding sel dari biji cereal
Mycotoksin ialah metabolit sekunder diproduksi oleh jamur yang tumbuh pada kondisi tertentu
DEDAK PADI
Dedak padi (hu’ut dalam bahasa sunda) merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga potongan yang masing masing berbeda kandungan zatnya.Ketiga potongan tersebut adalah:
Kulit gabah yang banyak mengandung serat agresif dan mineral
Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.
Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang gampang dicerna.
Berhubung dedak merupakan adonan dari ketiga potongan tersebut diatas maka nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut.
Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
Dedak Kasar
Adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan forum beras dan daya cernanya relatif rendah.
Analisa kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein, 32.4% materi ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% debu serta nilai Martabat Pati 19
Sebenarnya dedak agresif ini sudah tidak termasuk sebagai materi kuliner penguat (konsentrat) alasannya ialah kandungan serat kasarnya relatif terlalu tinggi (35.3%)
Dedak halus biasa
Merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan forum beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat lantaran kadar serat agresif dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang sanggup dicerna.
Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% materi ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% debu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53
Dedak lunteh
Merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep atau polishing beras). Dari semua macam dedak, dedak inilah yang banyak mengandung protein dan vitamin B1 lantaran sebagian besar terdiri dari selaput perak dan materi lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa tempat dedak ini disebut juga dedak murni.
Analisa nutrisi: 15.9% air, 15.3% protein, 42.8% materi ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% debu serta nilai MP ialah 67.
Bekatul
Merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya potongan asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahan-pecahan kecil forum beras (menir). Oleh alasannya ialah itu masih sanggup dimanfaatkan sebagai kuliner insan sehingga agak sukar didapat.
Analisa nutrisi: 15% air, 14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% debu serta nilai MP ialah 70.
Dalam perdagangan harus cukup teliti dan waspada lantaran dedak sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (dedak kasar) yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.
DEDAK JAGUNG
Dedak jagung merupakan hasil sisa ikutan dari penggilingan jagung yang banyak terdapat di daerah-daerah yang kuliner pokok dari penduduknya ialah jagung, ibarat Madura dan kawasan industri dan pertanian Jagung lainnya. Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak hanya cara penyimpanannya yang agak sukar lantaran bersifat higroskopis sehingga gampang menjadi lembab sehingga cepat rusak.
Analisa nutrisi: 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% materi ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak dan 2.3% debu serta nilai Martabat Pati (MP) ialah 68.
BUNGKIL KELAPA
Karena (setidaknya dikala jurnal ini dibuat) minyak kelapa menduduki tempat pertama dalam memenuhi kebutuhan insan akan minyak goreng, bungkil kelapa sangat gampang didapatkan. Harganya pun jauh lebih murah jikalau dibandingkan dengan bungkil kacang tanah. Kadar proteinnya paling rendah diantara bungkil-bungkil yang lain, namun nilai martabat makanannya cukup tinggi lantaran zat-zat yang dikandung bungkil kelapa gampang dicerna.
Yang disebut bungkil kelapa ini biasanya ialah hasil sisa dari pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih dahulu.
Sangat baik diberikan pada sapi perah alasannya ialah sanggup meningkatkan kadar lemak susu sehingga meningkatkan kualitas susu. Pemberiannya tergantung pada berat badannya yaitu antara 1.5 - 2.5 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk babi antara 0.75 - 1.5kg/ekor/hari. Baik pula diberikan pada ayam dengan pemberian hingga +/- 25%.
Untuk kuda juga sanggup diberikan hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur dengan gabah atau dedak, alasannya ialah apabila terlalu banyak sanggup mengakibatkan diare.
Analisa nutrisi: 11.6% air, 18.7% protein, 45.5% materi ekstrak tanpa N, 8.8% serat kasar, 9.6% lemak dan 5.8% debu serta nilai Martabat Pati (MP) 81.
BUNGKIL KACANG TANAH
Bungkil ini kini gampang didapat lantaran sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang, baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi diantara bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan.
Baik untuk dipakai sebagai komposisi dalam ransum konsentrat untuk sapi, babi dan ayam. Hanya perlu dibatasi jumlah pemberiannya lantaran kadar lemaknya yang cukup tinggi dan harganya relatif mahal.
Analisa nutrisi: 6.6% air, 42.7% protein, 27% materi ekstrak tanpa N, 8.9% serat kasar, 8.5% lemak dan 6.3% debu serta nilai MP ialah 80.
ONGGOK
Merupakan hasil sisa dalam pembuatan tepung kanji. Dapat diberikan pada ternak sapi dan babi sebagai komposisi ransumnya. Ampas ketela pohon ini mempunyai kegunaan sebagai sumber karbohidrat untuk stimulasi dalam pembuatan silase.
Analisa nutrisi: 18.3% air, 0.8% protein, 78% materi ekstrak tanpa N, 2.2% serat kasar, 0.2% lemak dan 2.5% debu serta nilai MP ialah 76.
DAFTAR ISTILAH LAIN
Angka Manfaat: angka persentasi yang menunjukkan perbandingan antara energi netto dengan energi zat-zat kuliner yang sanggup dicerna dari materi kuliner yang bersangkutan.
Abu: Zat-zat mineral yang ditentukan dengan memperabukan kuliner (zat organik).
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN): Bagian dari materi kuliner yang mengandung karbohidrat, gula dan pati.
Bahan Kering (BK): Berat konstan materi makakan sesudah dihilangkan kandungan airnya dengan pemanasan 105 derajat celcius.
Daya Cerna: Persentase kuliner yang dimakan dibanding denagn yang dikeluarkan sebagai faeces/tinja.
Energi Bruto: Semua panas yang bebas pada pembakaran, panas ini dihasilkan dari suatu kuliner yang seluruhnya dibakar sehingga menghasilkan zat-zat terakhir ibarat CO2, H2O, dan gas lain.
Energi Dapat Dicerna (Digestible Energy): Nilai energi bruto materi kuliner dikurangi zat-zat yang tidak sanggup dicerna (energi dalam faeces).
Energi Netto: Energi tersedia dikurang energi thermis.
Energi Thermis: Energi yang dipergunakan untuk pengunyahan dan proses pencernaan.
Imbangan Protein (IP): Imbangan antara protein yang sanggup dicerna dengan zat-zat kuliner lainnya yang sanggup dicerna dalam ransum.
Kalori (cal): Jumlah panas yang diharapkan untuk menaikkan suhu 1 gram/ 1 kg air dari 14.5 derajat celcius menjadi 15.5 derajat celcius.
Makanan Penguat (konsentrat): Bahan kuliner yang tinggi kadar zat-zat kuliner ibarat protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar serat agresif (dibawah 18%)
Martabat Pati (MP): Angka yang menunjukkan jumlah pati (dalam satuan kg) yang sama besar dayanya dengan 100kg materi makanan/ransum dalam membentuk lemak yang sama banyaknya dalam tubuh.
Metabolisme Energi (ME): Nilai energi yang terhimpun pada zat-zat yang sanggup dicerna dikurangi nilai energi yang keluar sebagai air kencing (urine) dan gas-gas usus.
Protein: Bagian materi kuliner yang mengandung persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan non-esensial.
Protein Dapat Dicerna (Pdd): Bagian protein dalam materi kuliner ternak yang sanggup dicerna atau diserap dalam tubuh.
Ransum: Campuran dari aneka macam macam materi makanan, sehingga sanggup memenuhi kebutuhan hidup ternak baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
Serat Kasar: Bagian dari materi kuliner yang sulit dicerna.
Total Digestible Nutrient (TDN): Semua zat kuliner (yang terkandung dalam materi kuliner yang sanggup dicerna, ibarat protein, karbohidrat, serat agresif dan lemak.
Zat Makanan: Zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup tumbuh dan berproduksi, merupakan salah satu dari aneka macam hasil simpulan pencernaan.
0 Response to "Istilah Istilah Dalam Pakan Ternak"
Post a Comment