Usaha Peternakan Sapi Potong

Usaha peternakan sapi potong lebih banyak didominasi masih dengan teladan tradisional dan skala perjuangan sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jikalau dilakukan secara besar dan modern, dengan skala perjuangan kecilpun akan mendapat laba yang baik jikalau dilakukan dengan prinsip budidaya modern. 

 Penggemukan
Penggemukan sapi potong ialah pemeliharaan sapi cukup umur dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan perjuangan penggemukan sapi potong ialah :


1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang dipakai untuk bakalan dalam perjuangan penggemukan sapi potong di Indonesia ialah :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini sanggup menyesuaikan diri dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa potongan tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat sampai coklat tua, dengan warna putih pada potongan kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning sampai merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat tubuh rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, lantaran sangat memilih hasil simpulan perjuangan penggemukan.
Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik ialah :

- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bundar dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi bahu minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus lantaran kurang pakan, bukan lantaran sakit).
- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
- Kotoran normal 

 Tatalaksana Pemeliharaan.

 Perkandangan.
Secara umum, sangkar mempunyai dua tipe, yaitu individu dan kelompok. 

Pada sangkar individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini sanggup memacu pertumbuhan lebih pesat, lantaran tidak terjadi kompetisi dalam mendapat pakan dan mempunyai ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan dipakai untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang lantaran banyak bergerak. Pada sangkar kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. 

Satu ekor sapi memerlukan daerah yang lebih luas daripada sangkar individu. Kelemahan tipe sangkar ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapat pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, lantaran lebih banyak mendapat pakan.

Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan binatang ruminansia, lantaran pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam ekspresi dengan sumbangan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan sumbangan mikrobia rumen dan secara enzimatis sehabis melewati rumen.

Penelitian memperlihatkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memperlihatkan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan ialah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang dipakai ialah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor ialah 2,5% berat badannya. Hijauan yang dipakai ialah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut menurut tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat bergairah tinggi yang sifatnya sukar dicerna lantaran terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan ialah pencegahan penyakit daripada pengobatan, lantaran penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang sanggup dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi ialah :

a. Pemanfaatan sangkar karantina. Sapi bakalan yang gres hendaknya dikarantina pada suatu sangkar terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya tanda-tanda penyakit tertentu yang tidak diketahui pada dikala proses pembelian. Disamping itu juga untuk pembiasaan sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing lantaran menurut penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat tubuh ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi ialah satu ahad untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit gres dikeluarkan sehabis sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi gres juga dipakai untuk memisahkan sapi usang yang menderita sakit biar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak lantaran mendapat pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap dikala jikalau sangkar mulai kotor untuk mencegah berkembangnya basil dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada dikala sapi berada di sangkar karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan ialah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang sanggup meyerang sapi potong ialah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain. 


Produksi Daging.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan kuat baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memperlihatkan banyak sekali nutrisi yang diharapkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan administrasi yang baik menciptakan sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat. 

0 Response to "Usaha Peternakan Sapi Potong"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel