Kontrol Hormonal Laktasi
Kontrol Hormonal Laktasi
Sekresi ambing dihasilkan hanya sesudah pembentukan sistem lobuli-alveoler. Karena itu, pada dara bunting sekresi tidak tampak hingga pertengahan kebuntingan. Berbagai enzim yang diharapkan untuk sintesis susu terdapat dalam sel ambing yang dibuat sebelum beranak. Saat beranak, hormon menyebabkan peningkatan besar produksi susu. Sekresi yang dibuat sebelum beranak ialah kolostrum yang alami dan bukan susu murni.
Permulaan Laktasi. Selama kebuntingan, progesteron menghalangi sekresi α-laktalbumin (salah satu protein susu). Halangan ini cukup untuk mencegah sintesis susu selama sebagian besar periode kebuntingan dara. Juga, titer tinggi progesteron menghalangi mulainya laktasi pada induk sapi ketika periode kering. Progesteron tidak efektif menghalangi kerjasama kebuntingan dan laktasi namun sebaliknya, laktasi segera dihalangi jika sapi laktasi menjadi bunting. Segera sebelum beranak titer progesterone menurun, sedangkan estrogen, ACTH, dan level prolaktin meningkat. Pemberian adrenal kortikoid atau estrogen mengawali laktasi sapi perah.
Pemeliharaan Laktasi. Sesudah sapi beranak, produksi susu meningkat cepat dan mencapai maksimum pada 2 hingga 6 minggu. Kemudian hasil susu secara beraturan menurun.
Batasan berikut akan dipakai untuk meguraikan laktasi. Milk secretion/sekresi susu melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu dari sitoplasma ke dalam lumen alveoli. Milk removal/pengeluaran susu melibatkan pengeluaran pasif susu dari puting, sisterne kelenjar, dan terusan utama serta pengeluaran aktif susu yang disebabkan oleh kontraksi sel mio-epitel sekitar alveolus sebagai respon terhadap oksitosin. Laktasi terdiri dari sekresi susu dan pengeluaran susu.
Interaksi Hormon dan Keadaan Nutrisi. Dara yang diberi pakan berlebih atau kurang secara terperinci menghasilkan susu lebih sedikit daripada dara yang tumbuh dengan zat gizi sesuai anjuran. Selama Laktasi dan Kebuntingan. Kebanyakan sapi dikawinkan antara 40 hingga 90 hari sesudah beranak. Tingkat awal kebuntingan relatif sedikit kuat terhadap produksi susu atau jumlah sel ambing. Perkembangan kebuntingan terjadi sesudah lima bulan. Perkembang-an ini menyebabkan hasil susu dan jumlah sel ambing menurun pada sapi laktasi bunting dibandingkan yang tidak bunting.
Selama Masa Kering. Pemerahan setiap hari biasanya dilarang sesudah sapi perah berlaktasi 10 hingga 12 bulan (dengan rentangan 6 hingga 18 bulan). Jika sapi bunting, periode nonlaktasi ini (periode kering) diawali biasanya sekitar 60 hari sebelum tanggal beranak. Mengikuti penghentian pemerahan tiap hari, ambing induk tidak bunting menjadi dipenuhi dengan susu selama beberapa hari. Walaupun begitu, acara metabolik menurun cepat. Kemudian, tampak terperinci degenerasi dan kehilangan sel epitelial alveoler. Sel mio-epitelial dan jaringan pengikat masih ada biarpun alveoli menghilang. Secara histologis, jaringan pengikat dan sel lemak menjadi lebih menonjol selama periode ini. Setelah involusi lengkap ambing makan hanya terdapat sistem saluran. Sistem terusan induk sapi, akan tetapi, lebih banyak dari pada sapi dara. Walaupun penelitian pada sapi perah belum dilaporkan, involusi lengkap alveoli membutuhkan 75 hari pada kambing tidak bunting.
Sapi yang bunting normal selama periode kering, dan lantaran kebuntingan merangsang pertumbuhan ambing, involusi lengkap tidak terjadi pada sapi bunting. Umur kebuntingan paling sedikit 7 bulan semenjak awal periode kering menyebabkan jumlah sel ambing tidak berubah terutama selama periode kering. Induk yang tidak menerima periode kering normal menghasilkan susu berikutnya berkurang daripada sapi yang menerima istirahat 60 hari di antara laktasi-laktasi. Karena itu, periode kering di antara laktasi-laktasi penting untuk produksi susu maksimal. Ketidakhadiran periode kering bergabung dengan peningkatan jumlah sel yang terjadi selama tingkat awal laktasi berikutnya. Hal ini terutama menjelaskan kebutuhan periode kering pada sapi.
0 Response to "Kontrol Hormonal Laktasi"
Post a Comment