Kontrol Hormonal Perkembangan Ambing
Kontrol Hormonal Perkembangan Ambing
Perkembangan ambing kasatmata tidak terjadi alasannya ialah absensi hormon tertentu. Secara umum, hormon yang merangsang pertumbuhan ambing ialah hormon yang juga sama mengatur reproduksi. Karena itu, sebagian besar pertumbuhan ambing terjadi pada insiden reproduksi tertentu saja, contohnya ketika pubertas, kebuntingan, dan sesaat sehabis beranak.
Ovari. Hormon ovari merangsang perkembangan ambing selama pubertas dan kebuntingan. Hormon ovari spesifik yang berperan dalam respon pertumbuhan ambing ialah estrogen dan progesterone. Estrogen merangsang pertumbuhan susukan ambing, sedangkan kombinasi estrogen dan progesterone diharapkan untuk mencapai perkembangan lobuli-alveoler.
Pituitari Anterior. Hormon dari pituitari anterior diharapkan untuk pertumbuhan ambing. Bekerjasama dengan hormon ovari (estrogen dan progesteron) untuk menghasilkan per-kembangan ambing.
Laktogen Plasental Sapi. Plasenta ialah sumber estrogen dan laktogen plasental sapi. Struktur plasental sapi serupa tetapi lebih besar dari prolaktin dan hormon pertumbuhan. Laktogen plasental sapi mungkin bekerja sama dengan pituitari anterior dan hormon ovari untuk perkembangan ambing selama kebuntingan.
Adrenal dan Tiroid. Pemberian adrenal glukokortikoid dan tiroksin memulai perkembangan ambing. Tetapi pengaruh-pengaruh ini mungkin berafiliasi dengan fungsi metabolik umum-nya dan tidak dari kepentingan primer dalam menyokong pertumbuhan ambing.
Interaksi Hormon dan Keadaan Nutrisi. Dara yang diberi pakan berlebih atau kurang secara terang menghasilkan susu lebih sedikit daripada dara yang tumbuh dengan zat gizi sesuai anjuran.Selama Laktasi dan Kebuntingan. Kebanyakan sapi dikawinkan antara 40 hingga 90 hari sehabis beranak. Tingkat awal kebuntingan relatif sedikit besar lengan berkuasa terhadap produksi susu atau jumlah sel ambing. Perkembangan kebuntingan terjadi sehabis lima bulan. Perkembang-an ini menimbulkan hasil susu dan jumlah sel ambing menurun pada sapi laktasi bunting dibandingkan yang tidak bunting.
Selama Masa Kering. Pemerahan setiap hari biasanya tidak boleh sehabis sapi perah berlaktasi 10 hingga 12 bulan (dengan rentangan 6 hingga 18 bulan). Jika sapi bunting, periode nonlaktasi ini (periode kering) diawali biasanya sekitar 60 hari sebelum tanggal beranak. Mengikuti penghentian pemerahan tiap hari, ambing induk tidak bunting menjadi dipenuhi dengan susu selama beberapa hari. Walaupun begitu, kegiatan metabolik menurun cepat. Kemudian, tampak terang degenerasi dan kehilangan sel epitelial alveoler. Sel mio-epitelial dan jaringan pengikat masih ada biarpun alveoli menghilang. Secara histologis, jaringan pengikat dan sel lemak menjadi lebih menonjol selama periode ini. Setelah involusi lengkap ambing makan hanya terdapat sistem saluran. Sistem susukan induk sapi, akan tetapi, lebih banyak dari pada sapi dara. Walaupun penelitian pada sapi perah belum dilaporkan, involusi lengkap alveoli membutuhkan 75 hari pada kambing tidak bunting.
Sapi yang bunting normal selama periode kering, dan alasannya ialah kebuntingan merangsang pertumbuhan ambing, involusi lengkap tidak terjadi pada sapi bunting. Umur kebuntingan paling sedikit 7 bulan semenjak awal periode kering menimbulkan jumlah sel ambing tidak berubah terutama selama periode kering. Induk yang tidak menerima periode kering normal menghasilkan susu berikutnya berkurang daripada sapi yang menerima istirahat 60 hari di antara laktasi-laktasi. Karena itu, periode kering di antara laktasi-laktasi penting untuk produksi susu maksimal. Ketidakhadiran periode kering bergabung dengan peningkatan jumlah sel yang terjadi selama tingkat awal laktasi berikutnya. Hal ini terutama menjelaskan kebutuhan periode kering pada sapi.
0 Response to "Kontrol Hormonal Perkembangan Ambing"
Post a Comment