Organ Reproduksi Sapi Jantan
Organ Reproduksi Sapi Jantan
Vas Deferens dan Urethra
Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, alasannya yaitu berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testis berlokasi di akrab ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum.
Testis pada sapi memiliki panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan ekspansi dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang menempel sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis yaitu tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat lentur berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak tepat menjadi segmen-segmen. Parenchyma memiliki pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. Berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berafiliasi dengan 12-15 kanal kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
Hormone testosterone diharapkan untuk perkembangan gejala kelamin sekunder dan untuk tingkah laris perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk mengontrol acara kelenjar-kelenjar komplemen (accessory glands), produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system kanal reproduksi jantan. Sedangkan kiprahnya dalam diri ternak sendiri yaitu membantu mempertahankan kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam kanal reproduksi betina.
Scrotum dan cauda Spermaticus
Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di kawasan inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang memiliki banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat. Tunica dartos membagi scrotum menjadi dua kantung dan menempel pada tunica vaginalis yang terletak pada dasar kantong tersebut.
Corda spermaticus, berfungsi memperlihatkan sumbangan bagi kehisupan testis, terdapat tenunan yang disusun oleh pembuluh darah arteri dan vena, plexus, pampiniformis, berkas syaraf, musculus cremaster (otot daging licin), jaringan ikat, dan vas deferens. Kedua organ, corda spermaticus dan scrotum menjadi penggantung testis dan juga bekerja sama dalam pengaturan suhu testes.
Epididymis
Merupakan kanal eksternal pertama yang keluar dari testes di kepingan apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis, nampak pipih di kepingan apeks testis, terdapat 12-15 buah kanal kecil, vasa efferentia yang menyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan kanal tunggal yang bersambungan dengan cauda epididymis..
Epididymis memiliki fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Fungsi yang kedua yaitu konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi alasannya yaitu sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis. Fungsi ketiga, yaitu sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa.
Vas Deferens dan Urethra
Vas deferens merupakan sebuah kanal dengan satu ujung berawal dari kepingan ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan menempel pada peritoneum, membentang sepanjang corda spermaticus, melalui kawasan inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat akrab dengan lubang kanal kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens memiliki otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan memiliki fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.
Urethra. merupakan sebuah kanal tunggal yang membentang dari persambungan dengan ampulla hingga ke pangkal penis. Fungsi urethra yaitu sebagai kanal kencing dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan ciran sekresi darikelnjar-kelenjar komplemen dalam urethra yang berada di kawasan pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba. Semen kuda dan babi terdiri dari kepingan bebas (tanpa) spermatozoa dan kepingan yang kaya spermatozoa.
Kelenjar-kelenjar tambahan
Kelenjar – kelenjar komplemen (accessory glands) berada di sepanjang kepingan uretra yang terletak di kawasan pelvis, memiliki kanal –saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar komplemen ini terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenja cowper. Kelenjar – kelenjar ini memiliki sumbangan besar bagi volume cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar komplemen ini mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang diharapkan bagi motilitas dan fertlitasi
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang memiliki lobuler, gampang dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak ibarat kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi memiliki ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Pada sapi, kelenjar vesicular memperlihatkan sekresinya lebih dari separuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa adonan organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – adonan anorganik ini di antaranya yaitu fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen semoga tidak berubah, alasannya yaitu jikalau terjadi perubahan pH semen, hal ini sanggup berakibat buruk bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate terang sanggup dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda sanggup di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan memperlihatkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, mencakup Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, akrab dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini memiliki ukuran dan bentuk ibarat bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini sanggup di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi.
Berikut yaitu kelenjar-kelenjar komplemen pada sapi jantan: :
Preputium
Kata prepuce atau preputeum memiliki arti sama dengan sarung yaitu ivaginato dari kulit yang membungkus secara tepat pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce sanggup dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepingan prepenile, lipatan luar dan kepingan penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada dikala penampungan semen dalam acara inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga semoga semen tidak terkontaminasi oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut.
Fertilisasi
Masa berahi seekor sapi cukup singkat, untuk itu diharapkan pengamatan secara teliti terhadap gejala berahi seekor ternak semoga acara perkawinan sanggup berjalan sesuai rencana. Sistem perkawinan dilakukan oleh seekor pejantan yang eksklusif memancarkan sperma kedalam alat reproduksi betina dengan cara kopulasi. Terlebih dahulu pejantan mendeteksi kondisi berahi betina dengan menjilati atau membau di sekitar organ reproduksi betina kepingan luar sehabis itu pejantan melaksanakan penetrasi.
0 Response to "Organ Reproduksi Sapi Jantan"
Post a Comment