Cara Pemotongan Ternak

 CARA PEMOTONGAN TERNAK

Pada proses pemotongan ternak di Indonesia harus benar-benar memperhatikan hukum-hukum agama Islam, alasannya yaitu ada kewajiban menjaga ketentraman batin masyarakat. Pada pelaksanaannya ada beberapa cara yang dipakai di Indonesia, yaitu :

1. Tanpa "Pemingsanan"

Cara ini banyak dilakukan di Rumah –rumah Potong Tradisional. Penyembelihan dengan cara ini ternak direbahkan secara paksa dengan menggunakkan tali temali yang diikatkan pada kaki –kaki ternak yang dihubungkan dengan ring –ring besi yang tertanam pada lantai Rumah Potong, dengan menarik tali –tali ini ternak akan rebah. Pada penyembelihan dengan sistem ini diharapkan waktu kurang lebih 3 menit untuk mengikat dan merobohkan ternak. Pada dikala ternak roboh akan menjadikan rasa sakit alasannya yaitu ternak masih dalam keadaan sadar.

2. Dengan Pemingsanan

Biasanya di lakukan Di Rumah Potong Hewan yang besar dan modern, sebelum ternak dipotong terlebih dahulu dilakukan "pemingsanan", maksudnya supaya ternak tidak menderita dan kondusif bagi yang memotong.

3. Proses Pemingsanan

Ada beberapa cara pemingsanan, yaitu :

a. Pemingsanan dengan cara memukulkan palu yang terbuat dari kayu keras pada bab atas dahi, sehingga ternak jatuh dan tidak sadar.

b. Pemingsanan dilakukan dengan memakai "senapan" yang memiliki "pen". Pen ini akan menembus tempurung kepala ternak dan mengenai otak, sehingga ternak pingsan dan roboh.

c. Pemingsanan dilakukan dengan memakai sengatan listrik. Ada 2metoda pemingsanan yang dipakai jika memakai sengatanlistrik.

4. Cara Pemotongan

Pemotongan dilakukan pada ternak dalam keadaan posisi rebah, kepalanya diarahkan ke arah kiblat dan dengan menyebut nama Allah, ternak tersebut dipotong dengan memakai pisau yang tajam.Pemotongan dilakukan pada leher bab bawah, sehingga tenggorokan, vena yugularis dan arteri carotis terpotong.

Menurut Ressang (1962) binatang yang dipotong gres dianggap mati jika pergerakan –pergerakan anggota tubuhnya dan lain –lain bab berhenti.Oleh alasannya yaitu itu sesudah ternak tidak bergerak lagi leher dipotong dan kepala dipisahkan dari tubuh pada sendi Occipitoatlantis.

Pada pemotongan tradisional, pemotongan dilakukan pada ternak yang masih sadar dan dengan cara menyerupai ini tidak selalu efektif untuk menjadikan final hidup dengan cepat, alasannya yaitu final hidup gres terjadi sesudah 3-4 menit. Dalam waktu tersebut merupakan penderitaan bagi ternak, dan tidak jarang ditemukan kasus bahwa dalam waktu tersebut ternak berontak dan bangun sesudah disembelih.Oleh alasannya yaitu itu pengikatan harus benar –benar baik dan kuat.Cara penyembelihan menyerupai ini dianggap kurang berperikemanusiaan. Waktu yang diharapkan secara keseluruhan lebih usang dibandingkan dengan cara pemotongan yang meng-gunakan pemingsanan.

Pada dikala pemotongan diusahakan supaya darah secepatnya dan sebanyak –banyaknya keluar serta tidak terlalu banyak meronta, alasannya yaitu hal ini akan ada hubungannya dengan :

a. Warna daging.

b. Kenaikan temperatur urat daging.

c. pH urat daging (setelah ternak mati).

d. Kecepatan daging membusuk.

Agar darah cepat keluar dan banyak, sesudah ternak disembelih, kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikait dengan suatu kaitan dan dikerek ke atas sehingga bab leher ada di bawah. Keadaan menyerupai ini memungkinkan darah yang ada pada tubuh ternak akan mengalir menuju ke bab bawah yang kesannya keluar dari tubuh.

5. Pengulitan

Setelah tetesan darah tidak mengalir, selanjutnya dilakukan pengulitan.Pengulitan dilakukan dengan memakai pisau yang bentuknya khusus supaya pada dikala pengulitan tidak banyak kulit ataupun daging yang rusak.

6. Pengeluaran Jeroan

Setelah pengulitan selesai dilakukan, organ dalam yaitu isi rongga dada dan rongga perut dikeluarkan.Pada dikala pengeluaran isi rongga perut harus dijaga supaya isi kanal pencernaan dan kantong kemih tidak mencemari karkas.Selanjutnya isi rongga dada dan rongga perut ini dibawa ke daerah yang terpisah untuk dibersihkan.

7. Pembelahan Karkas

Setelah isi rongga dada dan rongga perut dikeluarkan, karkas dibagi menjadi dua bab yaitu belahan kiri dan kanan. Pembelahan dilakukan sepanjang tulang belakang dengan memakai kapak yang tajam.Di Rumah Potong yang modern sudah ada yang memakai "Automatic Cattle Splitter".

Setelah karkas dibelah dua, jika akan dijual di pasar –pasar tradisional untuk konsumsi segar, maka karkas akan dipotong menjadi 2 bagian, yaitu bab depan dan bab belakang. Pemotongan dilakukan antara tulang rusuk ke 12 dan ke 13. Perlakuan pemotongan menyerupai ini karkas menjadi 4 potongan, masing –masing dinamakan “Quarter” atau “Perempat”, sehingga akan didapat “Perempat belakang” (Hind-quarter) dan “Perempat depan” (Forequarter). Untuk dijual di pasar swalayan atau konsumsi hotel –hotel berbintang biasanya dilakukan pelayuan terlebih dahulu, dan pada dikala pelayuan karkas dalam keadaan tergantung.

8. Menggantung Karkas

Peneliti –peneliti daging telah menemukan bahwa cara menggantung karkas juga kuat terhadap keempukan beberapa macam otot.

a. Bila karkas digantung pada "tendon Achilles yang harganya mahal akan lebih panjang 50% dibandingkan dengan yang normal dan selama rigormortis otot ini tidak berkontraksi sehingga akan lebih empuk. Namun menggantung dengan cara ini beberapa otot lainnya di bab "proximal hind limb" (kaki belakang bab atas) akan berkontraksi dibawah normal (lebih pendek) selama rigormortis sehingga otot –otot ini akan lebih keras dari biasanya. b. Menggantung karkas pada "abdurator foramen" akan membatasi kontraksi dari beberapa otot penting diantaranya yaitu "semimembranosus" (round), "glutaeus medius" (sirloin), "longissimus dorsi" (loin). Dengan menggantung karkas menyerupai ini "hind limb" (kaki belakang) akan turun dan tulang belakang akan lurus, hasilnya otot pada "hind limb" dan sepanjang sisi luar tulang belakang akan memanjang.

0 Response to "Cara Pemotongan Ternak"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel