Manajemen Perkawinan Sapi Perah

BAGAIMANA  MANAJEMEN PERKAWINAN SAPI PERAH?
Sebagian dari kita mungkin beropini bahwa managemen perkawinan sapi merupakan hal yang kurang begitu penting dan cenderung hanya membuang waktu dan pikiran kalau dilaksanakan. Akan tetapi justru sebaliknya, dengan pelaksanaan managemen perkawinan yang baik maka laba akan tercapai dan resiko kerugian sanggup diminimalisir. Adapun beberpa hal yang perlu diperhatikan dalam managemen perkawinan sapi ialah ;
 
 Sebagian dari kita mungkin beropini bahwa managemen perkawinan sapi merupakan hal yang MANAJEMEN PERKAWINAN SAPI PERAH
1. Identifikasi Sapi
Sapi-sapi yang dipelihara harus teridentifikasi dengan benar, yakni diberi nomor pendengaran dan nama sehingga identitasnya gampang diketahui. Hal ini sanggup dikecualikan kalau jumlah sapi yang anda miliki hanya sedikit sehingga sangat gampang bagi anda untuk menegnali sapi-sapi peliharaan Anda dengan sangat jelas. Identifikasi sapi ini penting sebab bertujuan untuk mengetahui silsilah sapi, baik betina (induk) maupun pejantannya, potensi produksi, umur sapi dan masa produksi atau laktasi
 
2. Pemeliharaan pada Masa Pedet hingga Dara
Jika pemeliharaan sapi pada masa pedet hingga dara cukup baik, birahi pertama akan teerjadi ketika sapi berumur 14-16 bulan. Birahi pertama lebih banyak ditentukan oleh kondisi dan besar badan dibandingkan dengan umurnya.
 
3. Pengaturan Perkawinan Saat Laktasi
Jumlah sapi yang bunting sebaiknya tidak kurang dari 60% jumlah sapi dewasa. Hal ini dimaksudkan biar produksi susu sanggup dipertahankan sepanjang waktu, sehingga tidak terjadi masa banjir susu dan masa kering. Sebaiknya, 40-60hari sehabis beranak, sapi dikawinkan lagi. Perkawinan sapi-sapi tersebut dihentikan lebih dari 3 bulan semenjak beranak. Sementara itu, sapi perkawinan yang berproduksi tinggi sanggup dilaksanakan hingga dengan 4bulan masa laktasi. Hal ini dimaksudkan biar tercapai puncak produksi yang maksimal.
 
4. Metode Perkawinan
Perkawinan sapi perah sanggup dilakukan dengan 2 cara, yakni kawin alam dan kawin suntik (inseminasi buatan atau IB). Kawin alam biasa dilakukan oleh peternak besar dengan biaya yang relative mahal, sebab harus memelihara pejantan. Sementara itu, kawin suntik biasa dilakukan oleh peternak kecil dengan biaya lebih murah, sebab tidak harus memelihara pejantan.
Periode birahi rata-rata 21 hari sekali, tetapi sanggup pula sapi-sapi yang mempunyai periode birahi bervariasi dari 17-26 hari. Lama masa birahi ini berlangsung selama 6-36 jam dengan rata-rata 18 jam untuk sapi betina remaja dan 15 jam untuk sapi dara.
Tanda-tanda sapi birahi harus diketahui oleh para peternak sapi perah untuk menjamin keberhasilan setiap perkawinan, sehingga sapi-sapinya sanggup beranak setahun sekali. Kondisi ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan produksi susu dalam suatu peternakan sapi perah.
Tanda-tanda umum birahi sapi perah sebagai berikut.
  • Sapi betina yang sedang birahi akan menaiki sapi betina yang lain.
  • Sapi gelisah dan berjalan mondar-mandir
  • Keluar cairan yang kental, kernih, dan berkaca-kaca dari kelaminnya
  • Kemaluan (vulva) berwarna merah, bengkak, dan hangat.
Meskipun demikian, ada pula beberapa sapi yang mempunyai sifat-sifat birahi membisu (silent heat), yakni sapi tidak mengatakan gejala-gejala birahi yang terang menyerupai yang telah disebutkan. Keadaan ini akan menyulitkan peternak untuk mengetahui adanya birahi. Namun, kalau sapi jantan didekatkan sanggup diketahui birahi tidaknya sapi betina tersebut, yakni sapi jantan akan segera mengawininya.
Untuk mendapat persentase kebuntingan yang tinggi, sanggup digunakan anutan perkawinan yang tepat. Perkawinan ini harus dilakukan dengan benar dan sempurna waktu, sebab masa birahi memilih keberhasilan perkawinan dan kesehatan sapi yang bersangkutan.

0 Response to "Manajemen Perkawinan Sapi Perah"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel