Beternak Abang Bau Tanah || Pola Makalah Perihal Abang Tua

Beternak Kakak Tua
Beternak burung jenis paruh bengkok mirip kakatua, bayan atau nuri, ternyata tidak sesusah dibilang orang. Asalkan peternak memahami betul karakter burung tersebut, maka segalanya akan menjadi mudah. Seperti yang dilakukan PT Anak Burung Bali Tropikana (ABBT) yang beralamat d Jalan Dangin Puri Banjar Apuan Singapadu Gianyar Bali, ratusan jenis burung paruh bengkok dengan gampang dikembangbiakkan.

Seperti diberitakan Agrobis Burung edisi Minggu 1 Juni 2010, PT Bali Tropikana yang berdiri tahun 90-an telah berhasil menangkarkan banyak sekali jenis burung kakatua mirip kakatua hitam, alba, medium, molukan, laser, citron, sanguinea, dan govin, bayan sekitar 6 jenis dan nuri sekitar 60 jenis. Awalnya sasarannya pasar internasional, tetapi sekarang lebih memfokuskan ke pasar nasional.

Menurut Dewa Astawa, penanggung jawab penangkaran, beternak jenis paruh bengkok cukup sederhana asalkan memahami betul karakter burung tersebut. Seluruh binatang, kata Dewa Astawa punya naluri yang berpengaruh untuk berbiak ketika sudah memasuki umur dewasa. Persoalannya ialah bagaimana membangkitkan naluri berbiaknya tersebut di dalam kandang?

Untuk itu, ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Baik eksternal dan internal. Dari luar mesti dipersiapkan sangkar yang ideal untuk indukan. Jenis kakatua biasanya menyukai sangkar yang berukuran luas. Ukuran sangkar kakatua raja diusahakan tidak lebih kecil dari luas 2x3x1,5 meter. Nuri bisa lebih kecil sedikit akan tetapi burung tidak boleh merasa tertekan.

Jenis paruh bengkok biasanya menyukai sarang yang gelap dan agak dalam. Untuk ilu dibutuhkan materi dari kayu kelapa atau enau. “Diusahakan burung benar-benar nyaman di kandang.” tambah Dewa yang meyakinkan kalau sudah nyaman ia akan terangsang untuk kawin. Kebersihan sangkar juga penting semoga terhiondar dari penyakit mirip penyemprotan desinfektan secara periodik.

Faktor makanan, katanya, juga berperan penting. Kecukupan pakan akan mendorong burung untuk berbiak. Jika burung tidak sehat maka otomatis naluri berbiaknya akan terhenti. Untuk penangkaran juga perlu dipilih indukan yang sehat dan cukup umur. Misalnya dewasa mulai birahi umur 2,5 tahun hingga 3 tahun. Namun khusus kakatua raja, bisa mencapai 4 tahunan. Lebih baik kakatua mencari pasangan sendiri kemudian dipisahkan dari kumpulan indukan di sangkar kecil. Namun ketika dipasangkan di dalam sangkar, burung tersebut mesti diperhatikan beberapa jam lantaran ada kemungkinan bertengkar.

Cara lain untuk mempercepat penjodohan dengan jalan menyuntikkanobat anti stres semoga burung lebih tenang. Jika sudah benar-benar jodoh, ditandai dengan bercumbu, barulah dipindahkan ke sangkar penangkaran.

Pakan, tentukan produktivitas
Jenis paruh bengkok, kata Dewa Astawa, umumnya mengkonsumsi kacang-kacangan dan buah-bua-an. Makanan ini diberikan ada yang dalam bentuk yang sudah direbus dan masih kering (biji matahari, kenari seed dan millet). Pakan berair dan kering sebaiknya diberikan secara berdampingan.
Jenis kakatua doyan menyantap masakan berair dan kering. Sedangkan semua jenis nuri di Bali Tropikana yang terdapat 60 jenis di antaranya nuri kepala hitam yang laku diminati penghohi burung, justru hanya mengkonsumsi masakan yang dalam kondisi cair. Makanan nuri yakni banyak sekali jenis sayur yang berwarna hijau mirip bayam dan kangkung dan banyak sekali buah mirip pisang, pepaya, apel dan jeruk. Ada yang dipotong-potong kecil namun di Bali Tropikana lebih menentukan diblender ibarat jouce ditambah dengan gula jawa.

Semua burung yang ada di Bali Tropikana tidak mengonsumsi voer. Karena jikalau menyampaikan voer mesti agak hati-hati, tidak boleh berlebihan apalagi tersisa. Voor berair yang masih sisa di tempat atau di sekitar verbal hingga esok hari akan gampang dihinggapi kuman yanii membuat burung menjadi sakit.

cara menangkar kakatua Maluku
Kakatua maluku (Cacatua moluccensis)merupakan burung endemik di Pulau Seram, Maluku Tengah. Ada juga yang menyebutnya sebagai kakatua seram. Dalam literatur perburungan internasional, burung ini disebut sebagai salmon-crested cockatoo. Saat ini populasinya terus menyusut, sehingga dibutuhkan dua tindakan sekaligus. Pertama, hentikan perburuan burung ini di alam bebas. Kedua, bagi yang memilikinya diimbau untuk menangkarnya. Artikel ini bisa dijadikan panduan bagi Anda yang ingin menangkarnya.

Dalam daftar IUCN, kakatua maluku ditetapkan dalam status Vulnerable (rentan). Jika populasinya terus menyusut, maka statusnya akan bertambah gawat menjadi Endangered(terancam punah), atau bahkan pribadi menjadi Critical (kritis). Karena itu, upaya pelestarian mutlak diperlukan, dan penangkaran bisa menjadi salah satu solusinya.

Bagi yang ingin menangkar kakatua maluku, silakan menghubungi instansi berwenang di tempat masing-masing (Dinas Peternakan, Balai Konservasi Sumberdaya Alam, dll) untuk mengurus izin penangkarannya, sebagaimana dilakukan dengan baik oleh sejumlah penangkar jalak bali di beberapa daerah.

Di habitat aslinya, burung kakatua maluku biasa dijumpai di hutan-hutan dataran rendah hingga tempat berketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Mereka mencari makan berupa biji-bijian, kacang-kacangan, buah, dan kelapa. Kekuatan paruhnya luar biasa, bisa mencapai berat 2.000 kg, sehingga bisa memecahkan serabut dan kulit buah (batok) kelapa yang keras.

Ciri utama burung ini ialah jambulnya yang khas, berwarna merah jambu, dan bisa ditegakkan. Jika jambulnya ditegakkan, berarti kakatua maluku sedang memperlihatkan beberapa ekspresi berikut ini:

Burung sedang mencari perhatian pasangannya.
Burung sedang mencoba mempertahankan wilayah atau kelompoknya.
Burung sedang memanggil anggota kelompoknya.
Burung sedang mengeskpresikan keingintahuan / rasa penasarannya.
Burung sedang mengeskpresikan rasa bahagia atau gembira, tetapi bisa juga ekspresi kaget, frustasi, takut, bahkan marah.

Jadi, ketika melihat kakatua maluku sedang menegakan jambulnya, lebih baik jangan mendekat dulu, lantaran khawatir ia sedang marah. Jika sudah marah, risiko digigit pun bisa saja terjadi. Bayangkan kalau hingga digigit, batok kelapa yang keras pun bisa dipecahnya dengan mudah.

Tetapi jikalau jambulnya diturunkan, bolehlah Anda mendekatinya, atau bahkan bermain-main dengannya. Sebab, hal ini memperlihatkan burung dalam kondisi emosi yang ramah dan tenang.

SARANG KAKATUA MALUKU DI HABITAT ASLINYA

Perbedaan jantan dan betina
Membedakan kakatua jantan dengan betina bisa dilihat dari warna matanya. Burung jantan mempunyai mata berwarna cokelat / hitam gelap, sedangkan burung betina mempunyai mata berwarna cokelat kemerahan. Hal ini sanggup terlihat dengan terang kalau kita menyorot  matanya dengan lampu senter kecil.
Suara burung kakatua

Burung kakatua mempunyai kemampuan vokal yang pandai menirukan bermacam-macam suara, mulai dari bunyi lingkungan sekitarnya hingga bunyi burung lain. Kepintarannya bahkan hampir menyamai burung nuri abu-abu afrika (african-grey parrot).

Penangkaran kakatua Maluku
Menangkarkan burung kakatua maluku merupakan salah satu upaya mencegah kepunahan. Beberapa orang sudah mencoba menangkarkan burung ini, contohnya Mega Bird and Orchid Farm di Kota Bogor.

Sebelumnya, siapkan beberapa hal yang berkaitan dengan penangkaran ini, contohnya pengurusan izin penangkaran, biaya, waktu, susukan gampang ke dokter hewan, penjaga dan perawat burung, ketersediaan obat , kandang, dan sebagainya karantina khusus.

Burung yang sudah siap dikembangbiakan diusahakan sudah berusia 3 tahun atau lebih, tetapi jangan melebihi umur 8 tahun. Meski kakatua maluku mempunyai umur rata-rata 30 tahun, tentu burung yang sudah terlalu bau tanah tidak elok untuk dijadikan indukan.

Ketika hendak dijodohkan, burung jantan sering mengerutkan bulu-bulunya, melebarkan ekor, membuka sayap, menegakjan jambulnya, atau mirip mengangguk-angguk atau memantul. Sedangkan burung betina awalnya terlihat menghindari atau cuek. Tetapi selama beberapa hari sesudah dipertemukan, betina akan membiarkan burung jantan mendekatinya.

Setelah berpasangan, mereka akan terlihat saling bersolek dengan menyisir kepala dan ekor pasangannya. Hal ini membuktikan mereka sudah ada ikatan emosional. Setelah beberapa waktu, burung jantan mulai melaksanakan ritual kawin dan betina akan bertelur.

Sebagaimana sikap bercinta keluarga burung parrot lainnya, kakatua maluku juga setia terhadap pasangannya. Jika sudah berjodoh, mereka akan setia sehidup dan semati, kecuali kita memisahkannya dan menggantinya dengan pasangan baru. Tetapi biasanya tidak gampang untuk menjodohkan lagi dengan pasangan lain, lantaran burung yang kehilangan jodohnya akan mengalami depresi cukup lama.

Kandang penangkaran yang digunakan.
Kandang penangkaran yang digunakan sebisa mungkin berada di lingkungan yang hening dan terlindung dari panas ataupun hujan. Ukuran sangkar tergantung luas lahan yang Anda miliki, yang penting burung masih bisa terbang merentangkan kedua sayapnya dan berloncatan ke sana-sini dengan leluasa.

KANDANG PENANGKARAN YANG DIGUNAKAN
Tempat sarang bisa memakai pohon yang dilubangi atau dari glodok berbahan kayu, plastik, maupun besi yang berukuran besar dan diberi lubang sebagai pintu masuknya.

MODEL KOTAK SARANG YANG DIGUNAKAN
Pintu masuk yang berjumlah double ini dimungkinan untuk mencegah kemungkinan kakatua jantan menjebak betina dalam kotak sarangnya. Ukuran kotak sarang sekitar 72 – 96 cm. Bagian dalam (untuk tempat bertelur) berukuran 48 cm, atau tergantung postur tubuh induknya.

Burung betina bertelur sebanyak 2-3 butir, dengan masa pengeraman sekitar 24-26 hari. Setelah berusia 12 -14 minggu, anak-anaknya sudah bisa keluar dari sarangnya.

Perawatan piyikan
Metode yang banyak dilakukan dalam merawat piyikan kakatua ialah handfeeding, atau pelolohan oleh manusia. Hal ini dianjurkan jikalau Anda ingin mempunyai kakatua yang jinak, pintar, dan terlatih. Tentu dibutuhkan waktu dan tenaga yang siap merawat dan memberi makan dengan carahandfeeding.

Selama perawatan, piyikan disimpan dalam wadah yang dilengkapi lampu penghangat serta selimut sebagai alasnya. Lebih baik lagi jikalau mengggunakan inkubator.

Jika ingin membiarkan induknya meloloh anak-anaknya, maka Anda cukup memantau kondisi sarang setiap hari untuk memastikan anak-anaknya diberi makan dengan benar. Berikan buah-buahan dan masakan segar serta air higienis setiap harinya untuk menjamin kebutuhan pakan bagi induk dan anak-anaknya tersebut. Berikan vitamin untuk menjaga kondisi tubuh mereka.

Problem penangkaran kakatua: Burung jantan sering menyerang pasangannya

Kakatua memang merupakan burung yang menarik untuk dipelihara, lantaran dikenal pandai dan mempunyai kemampuan mengolah kata-kata yang diajarkan pemiliknya. Sebagai burung hias yang bisa dijadikan mitra atau sobat di rumah, penggemarnya bisa lelaki dan perempuan, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga manula. Jadi, melihat penggemarnya yang beragam, prospek penangkaran kakatua terbilang cerah. Tertarik menangkar kakatua? Jika tertarik, siapkan pengetahuan Anda mengenai problem yang sewaktu-waktu muncul, yaitu ketika induk jantan sering menyerang pasangannya.

Sebelum menangkar, Anda mesti mengetahui terlebih dulu mana kakatua yang masuk dalam daftar burung dilindungi dan mana  kakatua yang boleh dipelihara, semoga kelak tidak menimbulkan permasalahan hukum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 ihwal Penyelamatan Jenis Tumbuhan dan Satwa, ada enam jenis / spesies kakatua yang termasuk dalam daftar burung dilindungi, yaitu :

Kakatua raja / kakatua hitam (Probosciger aterrimus)
Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea)
Kakatua koki (Cacatua galerita)
Kakatua maluku / kakatua menyeramkan (Cacatua moluccensis)
Kakatua tanimbar (Cacatua goffini)
Sedangkan spesies lain, termasuk kakatua dari mancanegara, boleh dipelihara dan ditangkarkan. Khusus enam jenis kakatua yang dilindungi, Anda masih berkesempatan untuk menangkarnya, dengan beberapa persyaratan tertentu. Salah satunya ialah memperoleh izin penangkaran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di masing-masing provinsi.
Apabila sudah mempunyai izin, Anda juga boleh menjual sebagian hasil penangkaran kepada konsumen, di mana setiap pembeli akan dilengkapi dengan dokumen burung dan perdagangan burung dari breeder, yang sudah diketahui BKSDA. Jadi, Anda bisa memperoleh rezeki dari penangkaran burung langka, dan bebas dari hukuman aturan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini juga telah diterapkan untuk para penangkar burung dilindungi lainnya, mirip jalak bali dan jalak putih.

Penyebab kakatua jantan menjadi agresif

Oke, kita mulai ke inti permasalahan, yaitu kakatua  jantan sering menyerang pasangannya. Perlu diingat, tidak semua kakatua jantan mempunyai sikap mirip ini. Jadi, ada faktor pemicu yang membuat si  jantan sering menyerang pasangannya. Selain itu, sifat garang kakatua jantan jauh berbeda dari burung paruh bengkok lainnya sepertilovebird, mirip pernah dibahas  di sini.

Efek penyerangan tergantung dari tingkat agresivitas burung. Ada burung betina yang sekadar tersakiti, namun ada pula yang mengalami cacat fisik, hingga yang terparah ialah kematian.


Burung kakatua betina yang cacat akhir diserang burung jantan
Sebelum menyerang, biasanya kakatua jantan selalu menghalangi burung betina ketika hendak mengambil masakan atau ketika mau minum. Ketika betina sudah lemas lantaran kelaparan, maka si jantan akan menyerangnya. Kasus mirip ini bisa terjadi pada awal penjodohan, tetapi bisa juga terjadi pada induk jantan dan induk betina yang sudah berpasangan selama bertahun-tahun.

Di alam liar, kakatua betina bisa melarikan diri dari pasangannya yang marah, dengan cara terbang menjauhinya. Namun, hal ini sulit dilakukan ketika kedua burung berada dalam sangkar penangkaran. Ketika diserang, induk betina tidak punya pilihan lain, selain pasrah dan menyerah.

Memang tidak banyak informasi mengenai faktor pemicu kakatua jantan melaksanakan tindakan tersebut. Beberapa hebat sempat menduga hal ini berkaitan dengan kepintaran burung kakatua, dan mudahnya ia berinteraksi dengan manusia. Dengan karakter mirip ini, kakatua dinilai mempunyai emosi tersendiri, yang berbeda dari emosinya burung pengicau. Ketika burung merasa tak nyaman, ekspresi ketidaksenangannya bukan sekadar membuang telur atau membuang anakan, melainkan bermetamorfosis menjadi sebuah sikap agresif.

Karena itu, penting sekali menjaga suasana sangkar yang nyaman bagi pasangan induk kakatua, khususnya kakatua jantan. Hal lain yang diduga menjadi pemicu agresivitas kakatua jantan ialah dilema seks. Ketika burung jantan sudah siap kawin, tetapi induk betina pasangannya tidak mau dikawini, hal ini juga bisa memicu kemarahan kakatua jantan.
Untuk mengatasi dan menekan risiko kerusakan yang terjadi dalam penangkaran kakatua, berikut ini beberapa solusi yang bisa dilakukan seorang breeder :

1. Menyediakan kotak sarang (gelodok) khusus
Biasanya kotak sarang (gelodok) untuk burung paruh bengkok mempunyai satu buah lubang yang digunakan sebagai pintu masuk dan pintu keluar. Apabila kita memakai gelodok dengan satu lubang untuk kakatua, maka ketika sifat garang burung jantan muncul, burung betina dalam keadaan bahaya. Sebab ia sulit keluar dari sarang, terlebih jikalau burung jantan menutupi lubang pintu.
Maka, jalan terbaik ialah menyediakan kotak sarang (gelodok) yang didesain khusus, mempunyai dua lubang. Desain gelodok bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

2. Memberikan wing clipping pada burung jantan
Wing clipping ialah metode pengguntingan bulu terbang utama pada kedua sayap burung. Hal ini bisa diterapkan hanya pada kakatua jantan, dengan tujuan memperlambat gerakan burung dikala sifat agresifnya muncul. Dengan demikian, burung betina yang tidak menjalani wing clipping akan mempunyai waktu untuk melarikan diri.

Metode wing clipping tidak menyakiti burung, lantaran hanya memotong sebagian bulusayap yang digunakan untuk terbang jauh / tinggi. Metode ini bahkan lazim digunakan penangkar burung paruh bengkok di mancanegara, dalam rangka menjinakkan atau melatih burung parrot mirip parkit, nuri, cockatiel,  lovebird dan lainnya.

Metode wing clipping pada burung paruh bengkok
3. Menyediakan dua wadah pakan
Wadah pakan idealnya lebih dari satu, semoga burung betina bisa mengambil makanannya dalam wadah lain jikalau suatu dikala burung jantan mencegahnya. Dalam beberapa kasus, sering terjadi burung betina mati lantaran kehilangan cairan tubuh dan kelaparan akhir dihalangi burung jantan dikala ingin mengambil masakan dan air minum.

4. Mengoptimalkan fungsi reproduksi kedua induk
Seperti dijelaskan sebelumnya, kakatua jantan bisa meledak amarahnya ketika ia sudah siap kawin, sementara betina menolak diajak kawin dan terus berlari menjauhinya. Hal ini biasanya lantaran induk betina sedang dalam birahi rendah. Agar pasangan induk berada dalam kondisi birahi yang sama, yaitu sedang-optimal, disarankan untuk menggunakanBirdMature, produk Om Kicau khusus untuk burung indukan.

Selain bisa mengoptimalkan kondisi birahi, BirdMature sekaligus sanggup meningkatkan fertilitas (kesuburan telur), daya tetas (persentase telur yang menetas), dan anakan yang menetas menjadi lebih sehat dan mempunyai pertumbuhan bagus.

5. Memasang kamera dalam kandang
Untuk memantau sikap indukan di dalam sangkar penangkaran, kita mustahil terus-menerus berada di dekat kandang. Apalagi jikalau sangkar penangkaran berada di luar ruangan. Solusi terbaik ialah memasang kamera pemantau semoga tingkah laku indukan selalu terkontrol. Vegitu terjadi sesuatu hal, kita bisa pribadi mengambil tindakan pencegahan.

Kamera pemantau bisa memakai kamera canggih contohnya IP camera yang terhubung dengan jaringan internet, sehingga sanggup dipantau di mana dan kapan saja, baik melalui laptop, tablet, ataupun smartphone. Jika ingin yang lebih sederhana, Anda bisa memakai webcam yang dimodifikasi (lihat cara pemasangannya di sini).

Memantau sikap burung di sangkar penangkaran dengan kamera pemantau.

6. Memisahkan burung jantan dan betina
Begitu terlihat tanda-tanda burung jantan mulai menekan burung betina, Anda harus segera memisahkannya terlebih dahulu untuk sementara waktu, hingga burung jantan dalam kondisi hening kembali.

7.Memilih pasangan yang cocok
Banyak penangkar berpengalaman percaya, burung kakatua sebaiknya dibiarkan mencari pasangannya sendiri dalam sangkar koloni, yang diisi beberapa ekor burung betina dan burung jantan. Jangan menjodohkan induk jantan tertentu dan induk betina tertentu hasil pilihan Anda, lantaran berisiko memunculkan tabiat garang pada burung jantan.

Dengan membiarkan burung menentukan sendiri pasangannya, si jantan relatif bisa tenang. Penjodohan dalam sangkar soliter bisa dilakukan hanya untuk breeder berpengalaman saja, terutama untuk menghasilkan mutasi warna tertentu. Melalui pengalaman bertahun-tahun, biasanya breeder kawakan sudah bisa mengatasi sifat garang burung jantan, melalui banyak sekali solusi yang telah dijelaskan sebelumnya.

Meski terlihat mesra, suatu ketika si jantan bisa agresif
Itulah beberapa solusi yang bisa diterapkan dalam penangkaran burung kakatua, jikalau suatu waktu terjadi aksi penyerangan oleh burung jantan terhadap burung betina.
Semoga bermanfaat.

Cara merawat burung kakak tua
Spesies burung yang ada di Kebun Binatang Ragunan sekitar 270 spesies. Kebanyakan hasil penangkaran dan mengembang-biakan sendiri atau tukar menukar burung yang berbeda dari kebun binatang lain untuk menambah koleksi yang ada”, ujar Wahyudi Bambang, Bagian Promosi Bidang Rekreasi Pelayanan Publik Kebun Binatang Ragunan, Jakarta.

Ada beberapa spesies di antaranya termasuk burung langka yakni burung merak biru, jalak bali, dan kakatua. Perkembang-biakan burung di Kebun Binatang Ragunan dilakukan secara alami untuk burung kakatua cukup dengan mengamati perilaku. Bila bertelur akan dierami selama 28-35 hari. ”Jumlah anak kakatua sudah banyak, ada beberapa kelahiran yang kita amati di sini, setiap burung perawatannya berbeda-beda dari yang lainnya”, terang Wahyudi.

Sunaryo salah satu perawat burung Ragunan mengatakan, merak biru ialah burung yang perawatannya sangat gampang dan tidak merepotkan, sedangkan burung kakatua ialah binatang yang luar biasa setia, bulu mereka sangat lembut dan indah. ”Burung ini sangat pandai dan ingin tahu”, imbuhnya.

“Burung kakatua bahagia pamer diri dan membuat tingkah lucu dengan membentangkan sayapnya, kepalanya naik turun, menari dan berteriak. Mereka sangat aktif dan selalu ingin tahu mengenai lingkungan sekitarnya”, terang Sunaryo yang setiap hari-harinya merawat burung di Ragunan.

Burung kakatua, tumbuh sehat sebagai binatang peliharaan jikalau tuannya menyediakan banyak waktu dan perhatian kepadanya. Burung merasa bosan bila ia bersuara melengking dan mencabuti bulunya sendiri. ”Saya di sini selain membersihkan dan menjaga burung terkadang dikala memberi makanpun saya ajak bermain”, ungkapnya.

Burung ini berkelakuan sangat berbeda dibanding burung lainnya. Mereka lebih banyak mempunyai warna bulu burung yang sewarna, mirip putih atau hitam dan mereka mempunyai kepala yang tegak lurus, kemampuan bergerak mengikuti sesuatu. Paruhnya sangat besar, berpengaruh dan gampang menghancurkan objek.

Berikut cara merawat Burung Kakak tua, berlaku untuk semua jenis Burung kakak bau tanah baik Burung Kakatua Raja / Burung Kakatua jambul kuning atau jenis yang lain :

Membuat sangkar kakatua
Burung Kakatua merupakan jenis burung yang dilindungi sehingga perlu izin dari pihak terkait jikalau ingin memeliharanya. Kandang burung kakatua kecil bisa dibentuk (70 x 70 x 100) cm. Sementara untuk burung kakatua dewasam buat ukuran sangkar (100 x 100 x 200) cm. Gunakan sangkar yang berjeruji horisontal lantaran burung kakatua suka memanjat. Burung Kakatua juga mempunyai paruh yang berpengaruh sehingga bisa menghancurkan jeruji dan menabrakkan dirinya di dalam kandang. Berikan snap lock yang terbaik untuk keamanan pintu kandang. Buat tenggeran berukuran 26-30 mm untuk kakatua kecil dan 35-45 mm untuk kakatua besar. Ranting dari pohon buah juga sangat baik diberikan di dalam kandang.

Melatih kakatua berkicau
Melatih burung Burung kakatua bicara memerlukan rasa kasih sayang, kesabaran, dan konsisten. Burung yang masih kecil pada umumnya jauh lebih gampang dilatih daripada burung yang sudah besar. Metode pembinaan dilakukan secara konsisten. Setiap perkataan atau frase yang diajarkan harus ditunjang oleh arti atau tanda yang membedakannya dari perkataan lain. Sebagai contoh, pada waktu matahari terbit secara rutin dan berulang-ulang ucapkanlah ”Selamat Pagi” dan pada waktu matahari terbenam ucapkanlah ”Selamat Malam”. Dari perbedaan waktu pagi dan malam, si burung akan menyadari perbedaan arti dari kedua perkataan tersebut. Sebelum mahir benar, jangan ajak kakatua bercanda dulu, contohnya memperlihatkan makanan, tetapi tidak jadi diberikan.

Memandikan Burung kakatua
Memandikan Burung kakatua akan membuat bulu-bulunya menjadi mengilap dan bentuknya menjadi bagus. Seminggu sekali, sebaiknya kakatua dimandikan. Gunakan air pancuran atau selang yang memakai spray head. Namun, bila memakai air pancuran, tahan semprotan air dengan tangan. Saat memandikan, usahakan sayapnya tetap dalam keadaan seimbang. Selain itu, sediakan mangkuk atau wadah keramik berukuran panjang 30-35 cm untuk berendam. Untuk berendam, gunakan air yang hangat kuku. Setelah dimandikan sebaiknya dijemur semoga bulunya tidak rusak. jangan terkena sinar matahari langsung, waktu memandikan yang baik pagi hari pada dikala cuaca cerah atau sore hari.

Ragam masakan kakatua
Berikan biji-bijian dengan embel-embel tambahan mirip sprouted seeds sebagai masakan kakatua. Buah-buahan dan sayuran, mirip apel, pir, plum, pepaya jeruk, pisang, peach, wortel, brokoli, dan kacang panjang juga bisa diberikan pada kakatua. Jangan berikan avokad lantaran bersifat racun bagi burung. Jangan berikan bumbu penyedap dan daging pada setiap makanannya lantaran akan menjadikan kegemukan. Setiap minggu, Anda juga bisa menyampaikan calcium blocks yang telah dihancurkan dan ditaburkan di dalam makanannya. Wadah untuk masakan dan minuman sebaiknya terbuat dari keramik atau stainless steel.

MELATIH BURUNG PARUH BENGKOK AGAR JINAK DAN TIDAK TERBANG

Burung, Betet, Nuri, Burung Kakatua atau burung paruh bengkok lainnya populer sebagai burung cerdas dan bisa dilatih.  Anda tentu pernah lihat ada burung nuri atau betet yang bisa naik sepeda atau pandai berhitung.    Tentu punya kebanggan tersendiri dikala burung paruh bengkok kesayangan kita sangat berdasarkan pada kita bahkan tidak terbang meski tidak dirantai.

Jika melihat potensinya, tentu sayang bila burung betet atau nuri hanya bisa bertengger saja tidak terang sambil teriak-teriak hehe....Sebenarnya kalau dilatih dalam waktu tidak terlalu usang burung nuri atau betet kita akan jinak.   Yang dimaksud burung jinak bukan berarti burung membisu saja ketika dipegang, atau mendekat kalau didekati orang.  Definisi Burung jinak secara umum ialah burung yang bebas dari tekanan di sekitarnya, burung yang tidak takut lagi kepada makhluk hidup di sekitarnya terutama terhadap manusia.

Banyak cara untuk menjinakkan burung nuri. Burung bisa jinak dalam waktu usang juga bisa cepat. dan faktor penentunya  pada diri kita sendiri yaitu sempat atau nggak sempat. Berikut cara menjinakkan burung Nuri Betet (Paruh Bengkok)

1. Faktor Kandang
Kandang tertutup kurang efektif untuk menjinakkan burung nuri.  Sebaiknya gunakan sangkar terbuka dengan mengandalkan rantai sebagai pengamannya. Jika burung nuri anda sangat liar, sebaiknya diletakkan di tempat ramai atau pecahan rumah yang sering dilewati angkota keluarga. Hal ini semoga burung nuri terbiasa dengan manusia. Jangan justru digantung di tempat tersembunyi lantaran Anda takut burung kelabakan. Jika nuri kelihatan takut/gugup sebaiknya diletakkan agak tinggi selama sepekan kemudian posisi agak diturunkan. Lakukan selama sepekan, turunkan lagi, sepekan mendatang turunkan lagi hingga posisi normal.

2.  Rajin Dimandikan
Biasanya saya memandikan burung nuri dengan disemprot pakai semprotan hingga berair kuyup. Nggak dilema beliau kelabakan kesana-kemari dikala disemprot. Benar-benar berair kuyup hingga menggigil kedinginan dan nggak kelabakan lagi. Biarkan dulu beliau di karamba, hingga bulu agak kering. Tapi terkadang saya tergesa-gesa untuk kekantor, masukkan pribadi ke sangkar juga nggak apa-apa, dan gantung di tempatnya.

Ada beberapa fungsi memandikan nuri hingga berair kuyup :

a. Mempercepat rasa lapar. Pada dikala berair kuyup nuri akan merasa lapar bukan lantaran kekurangan nutrisi, beda kan kalau kita memang sengaja tidak memberi pakan burung secara rutin atau cukup, yang dalam hal ini burung benar2 kekurangan semua nutrisi. Kalau dengan memandikan, maka rasa lapar hanya disebabkan beliau terlalu banyak memperabukan karbohidrat untuk memanaskan tubuh.

b. Dalam proses penjinakan ketika burung berair kuyup kita sanggup menyampaikan pelajaran bahwa meskipun nuri hanya bisa diam, insan yang berlalulalang disekitarnya bukanlah ancaman.

3.  Pemberian Makanan

Ketika lapar maka burung akan semakin merasa tergantung pada kita. Memang kelemahan burung peliharaan ada pada perutnya, pada dikala menyampaikan masakan ialah moment yang sempurna untuk menjinakkan nuri anda. Untuk menghindari patukan si burung awalnya saya menyampaikan masakan dengan memakai lidi, semakin usang lidi semakin pendek, final kata coba deh taruh masakan di tangan kita.

Kalau udah berani beliau mendekat dan makan di tangan kita itu udah tanda mulai jinak.
Setelah mulai bersahabat lepasin itu burung nuri, tapi kasih rantai yg agak berat biar beliau bisa jalan tapi ngak bisa terbang. Nah kalau udah hingga tahap begini makin sering dah kasih makan dari tangan kita usang lama naik tuh burung ke badan, boleh dibilang udah jinak & nggak bakal terbang.

Itulah sejumlah cara menjinakkan burung yang bisa kita pilih. Kalau ketiga cara itu bisa kita laksanakan/kombinasikan berbarengan, maka dalam waktu nggak hingga sebulan burung liar sudah jadi relatif jinak. Menjinakkan burung dengan cara itu memang membawa sejumlah konsekuensi, contohnya burung yang semula sudah mau ngriwik/bunyi, jadi agak macet lantaran stres. Burung yang semula mulus, jadi luka atau rusak bulu. Tapi semua ialah pecahan dari proses.
Selamat berlatih, dan perlu digaris bawahi bahwa ketekunan sangatlah diperlukan.

 Beternak burung jenis paruh bengkok mirip kakatua Beternak Kakak Tua || CONTOH MAKALAH TENTANG KAKAK TUA


I. PENDAHULUAN
Keberadaan satwa burung di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal ini terjadi lantaran adanya perburuan liar sehubungan dengan meningkatnya ajakan pasar.

Selain itu, penurunan kualitas habitat sebagai akhir dari acara manusia, lemahnya pengamanan, pengawasan, penerapan hukuman hukum, serta rendahnya kesadaran masyarakat ihwal konservasi, juga turut menjadikan penurunan populasi burung di alam. Walaupun telah berstatus dilindungi (termasuk oleh pemerintah tempat di mana habitat dan jenis burung berada), namun perburuan liar masih tetap berjalan hingga dikala ini.

Banyak jenis burung di Indonesia (termasuk dari biogeografi Sumatera) yang mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Sebagian di antaranya juga termasuk burung-burung endemik (hanya hidup di tempat setempat), atau sanggup pula burung tempat sebaran terbatas, sehingga gangguan kelestariannya sanggup mengakibatkan kelangkaan.

Potensi keindahan morfologis, keunikan tingkah laku dan kemerduan suara, merupakan daya tarik burung yang mengakibatkan perburuannya sering dilakukan terutama untuk kesenangan (hobiis). Selain itu, di beberapa daerah, satwa burung banyak pula yang diburu untuk dijadikan sebagai masakan (sumber protein hewani). Dengan demikian, eksistensi satwa burung tersebut semakin hari semakin berkurang populasinya, bahkan dikhawatirkan berkurang pula ragam jenisnya.

Oleh lantaran itu, guna menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi burung di Indonesia, perlu dilakukan kegiatan konservasi. Konservasi burung sanggup dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya); mirip melalui proteksi jenis, pembinaan habitat dan populasi; dan secara ex-situ (di luar habitat alaminya), salah satu diantaranya melalui penangkaran.

Kegiatan penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi, tetapi juga sanggup dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian dan pengembangan wisata. Hasil penangkaran sanggup dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai dengan syarat-syarat dan peraturan yang berlaku), serta sebagian sanggup dimanfaatkan untuk tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan ke dua (F2).

Dalam rangka mendukung upaya konservasi burung, khususnya melalui penangkaran, telah dilakukan serangkaian kegiatan penelitian yang berkaitan dengan habitat, perilaku, pakan dan pengelolaan penangkaran banyak sekali jenis burung di Indonesia. Hasil-hasil penelitian dan kajian tersebut selanjutnya sanggup dijadikan teladan dalam pengelolaan dan pengembangan penangkaran burung oleh pihak-pihak yang berkompeten.

II. DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN

Kegiatan penangkaran burung didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 ihwal Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, serta PP No. 8 Tahun 1999 ihwal Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Kegiatan penangkaran dan koleksi sebagaimana diatur dalam PP 8 Tahun 1999 merupakan pecahan dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan tujuan semoga sanggup didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Pemanfaatan jenis flora-fauna liar dilakukan dengan mengendalikan pendaya- gunaan jenis flora-fauna atau bagian-bagiannya serta hasil daripadanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan keseimbangan ekosistem. Selanjutnya, kegiatan penangkaran burung sanggup dilakukan di setiap tempat dengan memperhatikan kondisi populasi, habitat, dan tingkat ancaman kepu- nahannya. Kegiatan penangkaran burung sekaligus koleksinya juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas tempat dalam pembangunan konservasi sumber daya alam.

Hal ini merupakan implikasi dari berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 ihwal Pemerintahan Daerah, di mana sebelumnya ber- dasarkan PP No. 25 Tahun 2000 ihwal Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom dan Undang Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 ihwal Pemerintahan Daerah yang lama, kewenangan konservasi sumber daya alam masih menjadi otoritas Pemerintah Pusat. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengisyaratkan bahwa perijinan dan pemanfaatan sumber daya alam dilakukan bahu-membahu antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, kegiatan koleksi dan penangkaran burung di tempat merupakan pecahan dari pengelolaan di luar habitat (ex situ) dengan maksud untuk menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis satwa burung.

Kegiatan tersebut mencakup pula pemeliharaan, perkembang-biakan, serta penelitian dan pengembangannya.Kegiatan pemeliharaan burung (sebagai pecahan dari kekayaan jenis flora- fauna) di luar habitat wajib memenuhi syarat: memenuhi standar kesehatan satwa burung; menyediakan tempat yang cukup luas, kondusif dan nyaman; serta mempunyai dan mempekerjakan tenaga hebat dalam bidang medis dan pemeliharaan.

Kegiatan pengembangbiakan jenis satwa burung dilaksanakan untuk pengembangan populasi di alam semoga tidak punah. Kegiatan pengembangbiakan jenis di luar habitatnya wajib memenuhi syarat: menjaga kemurnian jenis, menjaga keanekaragaman genetik, melaksanakan penandaan dan sertifikasi, dan membuat buku daftar silsilah (“studbook”). Sementara itu, kegiatan penelitian dan pengembangan jenis satwa burung di luar habitatnya dilakukan sebagai upaya untuk menunjang tetap terjaganya keadaan genetik dan ketersediaan sumber daya jenis satwa tersebut secara lestari. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui pengkajian terhadap aspek-aspek biologis dan ekologis baik dalam bentuk penelitian dasar, terapan maupun ujicoba.

Pengelolaan penangkaran burung ini harus ditangani oleh suatu forum konservasi yang tata cara dan institusinya diatur oleh pemerintah (dalam hal ini oleh Menteri Kehutanan). Lembaga konservasi yang dimaksud dalam PP No. 7 Tahun 1999 ini di antaranya sanggup berbentuk: Kebun Binatang, Musium Zoologi, Taman Satwa Khusus, dan Pusat Latihan Satwa Khusus.

Lembaga konservasi tersebut mempunyai fungsi utama yaitu pengembangbiakan dan atau evakuasi satwa burung dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Selain mempunyai fungsi utama tersebut, forum konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Dalam rangka menjalankan fungsinya, forum konservasi sanggup memperoleh satwa burung, baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi, melalui: pengambilan atau penangkaran dari alam; hasil sitaan; tukar menukar; atau pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi.

Sementara itu, kegiatan koleksi satwa burung (termasuk pula flora-fauna lainnya) untuk tujuan peragaan sebagaimana diatur dalam PP 8 Tahun 1999, selain oleh forum konservasi, juga sanggup dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal. Peragaan yang dilakukan oleh orang atau tubuh di luar forum yang disebutkan sebelumnya harus dengan izin Menteri Kehutanan.

Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:

1. Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) abjad a), diancam dengan pidana penjara paling usang 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));

2. Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) abjad b), diancam dengan pidana penjara paling usang 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
3. Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau mempunyai kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibentuk dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) abjad d), diancam dengan pidana penjara paling usang 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));

III. PERSIAPAN PENANGKARAN BURUNG

Pemeliharaan burung tidak hanya menitik-beratkan pada obyek burung saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kesiapan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud di sini ialah lingkungan biologi (habitat hidup burung) dan lingkungan fisik (seperti kandang). Kesiapan lingkungan dimaksudkan semoga burung- burung yang akan dipelihara sanggup mengikuti keadaan dengan baik dan cepat, terutama untuk jenis-jenis yang membutuhkan lindungan.

A. Lingkungan Biologi
Lingkungan pemeliharaan yang sudah terdapat tanaman (baik yang ditanam maupun tumbuh alami) dengan populasi, kerapatan dan arsitektur tajuk yang mendekati habitat alami, akan membuat iklim mikro dan suasana yang teduh. Umumnya, burung kakatua jambul kuning membutuhkan lingkungan alami semoga sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik. Keberadaan jenis tanaman yang secara alami digunakan sebagai sebagai tempat berteduh dan sumber pakan, merupakan lingkungan yang baik bagi burung. Hal ini akan mengundang burung-burung liar lainnya untuk tiba dan menimbulkan suasana alami yang akan memudahkan penyesuaian burung-burung yang akan dipelihara.

Beberapa karakteristik tanaman yang cocok dan sanggup dipelihara untuk menyiapkan lingkungan alami adalah:
- buahnya sanggup dijadikan sumber pakan burung
- berbuah sepanjang tahun
- mempunyai percabangan horisontal
- tajuk tidak harus selalu tinggi dan juga tidak harus selalu lebat (terutama untuk pengaturan cahaya matahari) dan
- bukan jenis tanaman berduri tajam, mengeluarkan getah lengket, atau beracun.
Jenis-jenis tanaman yang yang dibutuhkan untuk lingkungan burung kakatua jambul kuning ialah jenis tanaman yang memuliki buah mirip biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan.

Posisi atau tata letak tanaman tersebut sanggup diadaptasi dengan rencana pembangunankandang dan sarana pendukung lainnya (seperti unit karantina, laboratorium dan klinik). Selain itu, tata letak sanggup diadaptasi pula dengan faktor estetika (keindahan) suatu penangkaran yang juga berfungsi sebagai taman. Kepadatan tanaman diatur sedemikian rupa semoga cahaya matahari tidak banyak terhalang. Sebaiknya tata letak juga diatur dengan cara (setidaknya) satu individu tanaman sanggup menaungi satu unit kandang, sehingga suasana iklim mikro setempat tidak terlalu panas.

B. Lingkungan Fisik
Setelah persiapan lingkungan biologi dilakukan, maka pembangunan fisik sangkar burung dan sarana pendukung lainnya sanggup dilaksanakan.

Persiapan lingkungan biologi sanggup pula dilakukan bersamaan dengan lingkungan fisiknya. Namun demikian, penempatan burung ke dalam sangkar tidak boleh dilakukan bersamaan lantaran belum siapnya lingkungan buatan yang akan menjadi pecahan habitat hidup burung. Demikian pula bila sangkar terlalu usang disiapkan sebelum masuknya burung, maka dikhawatirkan kondisi sangkar sudah mulai rusak (seperti berkarat, robek atau putus kawatnya).

Untuk mengatasi hal tersebut, jenis materi sangkar harus tahan karat dan tidak gampang putus. Kawat ram harus kuat, berdiameter lebih dari 2 mm, dan ukuran diameter lubang ram tidak lebih besar dari ukuran burung kakatua jambul kuning. Selain itu, pemeliharaan sangkar harus dilakukan secara rutin dan seksama walaupun belum ada burungnya. Beberapa hal yang harus dilakukan secara periodik diantaranya ialah membersihkan serasah daun yang menempel di kawat, memotong cabang atau ranting pohon yang dikhawatirkan akan menembus lubang kawat.

Bentuk dan ukuran sangkar diadaptasi dengan jenis burung yang akan dipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dan dana yang tersedia. Demikian pula dengan materi sangkar yang akan digunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan usang (awet), gampang dan murah biaya pemeliharaannya. Bentuk, ukuran dan penempatan sangkar diadaptasi berdasarkan peruntukannya.

1. Pemilihan Lokasi Kandang
Kegiatan pemeliharaan burung untuk tujuan penangkaran berbeda dengan untuk koleksi dan display. Oleh alasannya ialah itu, lokasi sangkar penangkaran (yang arealnya juga merangkap untuk kegiatan wisata), ditempatkan terpisah dari lokasi sangkar koleksi dan display. Penangkaran burung sebagai upaya pengembangbiakan jenis di luar habitat alaminya membutuhkan suasana habitat buatan yang mirip dengan habitat alaminya.

Untuk mendapat kondisi mirip habitat alami, maka beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi penangkaran burung adalah:
• Berada pada tempat yang bebas banjir pada ekspresi dominan hujan
• Jauh dari keramaian dan kebisingan
• Berada pada tempat yang gampang diawasi dan gampang dicapai
• Tidak terganggu oleh polusi udara (debu, asap, wangi gas)
• Tidak berada pada tempat yang lembab, becek, dan tergenang air, lantaran akan menimbulkan penyakit
• Di sekitar lokasi penangkaran hendaknya terdapat atau ditanami pohon-pohon pelindung semoga suasana menjadi lebih sejuk dan burung merasa mirip berada pada habitat alam,
• Terisolasi dari efek binatang lain
• Tersedia air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta pencucian kandang
• Praktis mendapat pakan dan tidak bersaing dengan manusia.

2. Bentuk dan Ukuran Kandang
Kebutuhan sangkar untuk kegiatan penangkaran hampir sama dengan yang ditujukan untuk koleksi dan display, serta pendidikan dan penelitian. Kandang burung sanggup dibentuk dengan sistem individu (satu kelompok reproduksi dari jenis yang sama dalam satu sangkar yang terpisah); sistem kompartemen (satu kelompok reproduksi dari jenis yang sama dalam satu sangkar yang bersisian paralel dengan sangkar lainnya); atau sistem komunal atau koloni (beberapa kelompok reproduksi dari jenis yang sama atau berbeda dalam satu sangkar besar).

Pada sistem komunal, sanggup dilakukan penggabungan banyak sekali jenis burung tetapi tidak dilakukan pencampuran dengan jenis predator ataukompetitor agresif. Jenis predator dan kompetitor masing-masing sanggup dimasukkan ke dalam sangkar individu yang terpisah. Selanjutnya ukuran satu unit sangkar individu maupun kompartemen diadaptasi dengan ukuran burung yang akan dipelihara. Ukuran yang umumnya dibentuk ialah 3 m x 3 m , dengan tinggi minimal 3 m.

Namun demikian, untuk kelompok reproduksi yang menganut pola monogami (satu pasangan jantan dan betina), ukuran sangkar untuk berkembang biak sanggup lebih kecil. Bentuk dan ukuran sangkar diadaptasi dengan jenis yang akan dipelihara atau ditangkarkan. Sebaiknya sangkar dibentuk lebih terlindung antara lain dilakukan dengan cara melapisi setiap sisi sangkar dengan shading net. Hal ini dimaksudkan semoga burung tidak terpengaruh lingkungan luar yang sanggup menghambat proses perkembang-biakan burung.

Selain itu, pada setiap unit sangkar penangkaran sebaiknya dibagi menjadi dua ruang dengan sekat atau pintu yang sanggup dibuka-tutup dengan gampang (misalnya dengan sistem geser). Masing-masing ruang sangkar diharapkan sanggup berfungsi sebagai ruang penyesuaian (perkenalan) dan untuk perkawinan atau berkembang biak. Seluruh model sangkar sebaiknya mempunyai atap lengkung atau miring (satu arah atau dua arah). Hal ini dimaksudkan semoga tidak terjadi akumulasi serasah daun dari luar sangkar yang sanggup mengakibatkan kawat ram berkarat dan robek.

Di dalam sangkar disediakan tempat bertengger, tempat makan yang terlindung, dan sumber air untuk minum dan mandi (dapat berupa wadah, kolam, maupun air yang mengalir). Kandang yang berukuran besar sanggup ditanam pohon peneduh (terutama penghasil pakan buah). Kandang juga harus dibuatkan pintu berlapis untuk menghindari burung lepas bila perawat burung atau pengamat masuk ke dalam kandang. Pemacuan perkembangbiakan burung sanggup dilakukan dengan menyediakan materi sarang atau kotak sarang yang akan dipilih oleh burung untuk bersarang.

3. Jenis dan Peruntukan Kandang
Jenis sangkar penangkaran burung kakatua jambul kuning yang dibutuhkan ialah sangkar koloni, sangkar perkembangbiakan, sangkar pemeliharaan, sangkar penyapihan dan sangkar karantina. Semua jenis sangkar dilengkapi dengan tempat makan dan minum, serta untuk bertengger.

Kandang koloni digunakan untuk menempatkan beberapa pasang burung baik burung yang telah dewasa dan siap kawin maupun burung yang gres lepas sapih, menyampaikan kesempatan pada burung guna menentukan pasangan/jodoh secara alami, memudahkan proses penjodohan, menjadikan tempat bermain (playing ground) dan pemeliharaan burung.

Kandang perkembangbiakan berfungsi sebagai tempat burung untuk bertelur, mengeram, menetaskan dan mengasuh piyik. Tiap petak digunakan untuk menempatkan satu pasang induk burung. Kandang ini juga dilengkapi dengan sarang untuk bertelur (bentuk dan materi sesuai dengan jenis burung dan sikap reproduksinya). Jenis burung paruh bengkok dan beberapa jenis burung lainnya sanggup berbentuk kotak (nest-box) yang terbuat dari papan atau batang kayu.

Kandang penyapihan digunakan untuk menempatkan anak burung (piyik) yang gres disapih. Kandang sanggup dibentuk secara khusus atau sanggup memanfaatkan sangkar pemeliharaan yang masih kosong. Kandang karantina digunakan untuk menempatkan burung-burung yang gres tiba (dari habitat alam) atau burung-burung yang sakit. Kandang ini sanggup pula berfungsi sebagai tempat penyesuaian terhadap lingkungan yang baru.

Selain sangkar burung, sarana pendukung lain yang perlu disiapkan ialah laboratorium dan klinik, gudang masakan dan obat-obatan, serta gudang perlengkapan. Sarana pendukung ini sanggup dibangun di dekat areal terlindung utama, maupun di luar areal tersebut.

Namun demikian, penempatan sarana pendukung ini sebaiknya tidak dekat dengan tempat tinggal umum, sarana atau akomodasi umum lainnya, atau tempat yang banyak dikunjungi insan (pengunjung dan bukan pengunjung). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari stres bagi burung, serta mengeliminasi kontaminasi atau sebaran penyakit dari/ke luar lingkungan.

IV. PEMELIHARAAN BURUNG

A. Pemberian Pakan
1. Jenis Pakan
Pakan dibutuhkan untuk hidup, tumbuh dan berkembang biak burung. Oleh lantaran itu, pakan harus selalu tersedia secara terus menerus dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Jenis-jenis pakan yang diberikan hendaknya memperhatikan kesukaan burung sebagaimana biasanya di alam, disamping pertimbangan kualitas, harga, dan ketersediaannya.
Namun demikian, jenis pakan yang terbaik adalah: kacang tanah, kacang panjang, kangkung, wortel, jambu biji, kelapa muda, lobi-lobi, menteng, buni, roti tawar, kedondong, jagung tongkol dan pisang. Telur puyuh diberikan setiap ahad sekali. Pemberian pakan dan air minum tak terbatas. Pertumbuhan bulu juga diamati. Selain itu sikap burung ini juga diamati.

2. Cara Pemberian Pakan

Kualitas dan kuantitas pakan yang dibutuhkan satwa burung umumnya bervariasi berdasarkan jenis kelamin, umur, status fisiologi dan musim. Dalam kaitan dengan status fisiologi burung, cara-cara pemberian pakan harus dibedakan, sebagai berikut :

a. Pemberian pakan pada burung dewasa
Pakan yang diberikan sebaiknya mengandung komposisi yang terdiri dari biji- bijian, buah-buahan. Komposisi jenis pakan ini sebaiknya selalu berubah untuk menghindari kebosanan yang dialami burung. Bahan pakan dari buah-buahan dan diberikan dalam bentuk potongan-potongan kecil dan ditempatkan pada wadah yang telah disediakan. Pakan diberikan dua kali sehari dalam jumlah cukup.

b. Pemberian pakan pada piyik yang dipelihara induknya
Bahan pakan untuk piyik diberikan dalam bentuk potongan-potongan kecil dan selalu dalam keadaan lunak memakai jagung hendaknya dipilih jagung muda yang diparut terlebih dahulu, sedangkan pemberian biji-bijian lainnya sebaiknya direbus hingga lunak. Pakan diletakan pada piring kaleng di luar nest-box tetapi masih berada dalam sangkar pemeliharaan. Penyuapan pakan pada piyik yang belum bisa makan sendiri dilakukan oleh induk burung yang mengasuhnya.

c. Pemberian pakan pada piyik yang dipelihara melalui Hand Rearing
Pakan bagi piyik yang dipelihara bukan oleh induknya tetapi dengan pertolongan petugas perawat (hand rearing) disajikan dalam bentuk yang halus. Tingkat kehalusan ini diadaptasi dengan perubahan umur sesuai perjalanan waktu. Penyuapan pakan kepada piyik harus dilakukan secara sabar dan hati-hati.

Selain diberikan pakan segar, anak burung juga sanggup diberikan aneka bubur buah dan susu siap saji yang banyak dijual di toko-toko. Penyuapan pakan bubur ini sanggup memakai alat bantu alat suntik yang diganti jarumnya dengan karet pentil sepeda. Di samping itu, baik pada burung dewasa maupun piyik selalu diberikan vitamin dan mineral terutama pada dikala pergantian cuaca atau ekspresi dominan untuk mengurangi cekaman (stress).

B. Pengaturan Reproduksi
Beberapa parameter reproduksi burung di penangkaran diantaranya adalah: waktu pertama kali mulai bertelur, jumlah telur dan interval peneluran, masa pengeraman telur, interval penetasan, berat telur, berat lahir piyik dan berat piyik tiap bulan.

Beberapa aspek reproduksi yang penting untuk diperhatikan dalam penangkaran antara lain ialah penentuan jenis kelamin, pemilihan induk, penjodohan, perlakuan terhadap proses peneluran, pengeraman dan penetasan, serta pembesaran piyik.

1. Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin burung sanggup dilakukan dengan membedakan warna bulu, paruh, suara, ukuran, tingkah laku dan sebagainya. Penentuan jenis kelamin burung pada jenis-jenis dimorfis (jantan dan betina sanggup dibedakan dari warna bulu) akan lebih gampang daripada jenis- jenis monomorfis (jantan dan betina sulit dibedakan dari warna bulu).

Umumnya pada jenis dimorfis, warna jantan lebih terang dan indah, atau mempunyai bulu ornamen (tambahan) dibandingkan pada jenis burung betina. Burung jantan pada jenis monomorfis biasanya berukuran lebih besar, baik keseluruhan tubuhnya atau beberapa pecahan anggota tubuhnya (seperti paruh atau kakinya).

2. Pemilihan Induk
Berdasarkan pengalaman, burung yang baik untuk dijadikan induk dalam penangkaran ialah yang berumur 2-3 tahun. Pada umur ini burung telah dewasa dan telah masak kelamin, serta penampilan fisiknyapun telah utuh. Selanjutnya, burung yang akan menjadi induk dalam penangkaran haruslah sehat, tidak cacat dan tidak menderita penyakit.

Penangkaran untuk tujuan konservasi jenis (bukan komersial sebagai binatang kesayangan atau bahkan konsumsi), asal-usul induk harus terang dan bukan merupakan hasil silangan. Oleh alasannya ialah itu, dalam penangkaran perlu dibentuk catatan silsilah, terutama untuk memelihara kemurnian genetik dan pengayaan genetik unggul. Hal ini berkhasiat bagi burung untuk tetap eksis di habitat alam dan bisa mengatasi seleksi alam.

3. Penjodohan
Penjodohan burung sanggup dilakukan dengan cara paksa dan secara alami. Penjodohan secara paksa dilakukan dengan memasukkan pasangan-pasangan burung berdasarkan kemauan penangkar dalam suatu sangkar perkembangbiakan.

Penjodohan secara alami dilakukan dengan cara memasukkan pasangan burung yang terbentuk sesuai dengan pilihannya ke dalam sangkar perkembangbiakan yang tersedia. Berdasarkan pengalaman yang ada, penjodohan secara paksa kurang menguntungkan. Apabila induk yang dipasangkan tidak sesuai, pasangan burung akan sering berkelahi sehingga proses perkawinan yang diharapkan akan lambat dan bahkan sering tidak terjadi. Oleh lantaran itu lebih baik melaksanakan penjodohan secara alami.

Langkah awal yang perlu dilakukan untuk penjodohan secara alami ialah mengidentifikasi pasangan-pasangan burung yang terjadi sebagai hasil proses pemilihan sendiri oleh burung, pada sangkar koloni. Pasangan-pasangan alami ini sanggup diketahui dari sikap burung yang selalu bercumbu dan saling menyelisik. Pasangan burung demikian kemudian dimasukkan ke dalam sangkar perkembangbiakan yang telah disediakan.

4. Peneluran, Pengeraman dan Penetasan
Pada pola monogami, burung jantan selalu menjaga sang betina bertelur hingga proses pengeraman dan penetasan hingga anaknya disapih. Selama masa bertelur, mengeram, menetas dan membesarkan piyiknya, biasanya burung betina tidak meninggalkan sarang. Pakan untuk induk betina atau untuk piyik, diberikan oleh induk jantan.

Pakan biasanya diberikan kepada betina hanya hingga pada ambang pintu nesting-box (lubang untuk keluar masuknya burung). Telur yang tidak dibuahi atau infertile akan dipecahkan oleh induk betina dan 1-2 bulan kemudian ia akan kembali bertelur. Demikian pula apabila induk betina telah menghasilkan piyik kemudian piyik tersebut mati, sebulan kemudian ia akan bertelur kembali.

5. Pembesaran Anak Burung (Piyik)
Penanganan anak burung atau piyik sanggup dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu dengan penanganan secara alami dan hand rearing. Penanganan secara alami ialah proses penanganan dengan membiarkan piyik dipelihara oleh induknya, sedangkan hand rearing ialah proses penanganan piyik dengan cara memisahkan atau mengambil burung dari induknya untuk kemudian dipelihara dan dibesarkan oleh penangkar secara lebih intensif hingga burung bisa dianggap mandiri.

Pada cara hand rearing, piyik sebaiknya diambil/dipisahkan dari induknya pada dikala mata piyik belum terbuka. Selanjutnya piyik dimasukkan ke dalam box yang telah tersedia. Apabila kondisi piyik telah dianggap cukup kuat, pemeliharaan piyik selanjutnya dipindahkan pada sangkar burung.

Berdasarkan pengalaman, pemeliharaan piyik melalui hand rearing memberi keuntungan apabila ditinjau dari aspek reproduksi. Adanya pemisahan anak burung dari induknya sanggup menyampaikan kesempatan kepada induk betina untuk lebih cepat bertelur kembali. Umumnya induk betina akan bertelur kembali pada 2- 3 ahad sesudah pemisahan. Di samping itu, persen hidup piyik yang dipelihara dengan cara ini lebih tinggi dibandingkan apabila piyik dipelihara secara alami oleh induknya.

Walaupun menyampaikan kemungkinan keberhasilan hidup anak piyik yang lebih tinggi, hand rearing membutuhkan waktu cukup banyak dan ketelatenan, sehingga kurang mudah terutama apabila kegiatan penangkaran melibatkan pasangan burung dalam jumlah relatif banyak. Oleh lantaran itu, sebaiknya piyik- piyik dibiarkan dipelihara oleh induknya secara alami.

Keberhasilan hidup piyik yang dipelihara induknya secara alami sanggup ditingkatkan dengan bertambah-nya pengalaman penangkar dalam menangani piyik yang dipelihara induknya. Hand rearing sanggup dipertimbangkan untuk diterapkan apabila kondisi lingkungan tidak mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan piyik seperti:

a. Pada piyik yang dihasilkan oleh induk burung yang gres pertama kali menghasilkan piyik, mengingat pada kondisi ini induk burung belum berpengalaman memelihara anaknya dan cenderung mematuk piyik yang ditetaskannya.
b. Apabila induk burung dalam keadaan sakit atau mati.

C. Perawatan Kandang dan Burung
1. Perawatan Kandang
Kebersihan sangkar beserta kelengkapannya perlu diperhatikan lantaran akan berafiliasi dengan kesehatan burung. Kandang yang terjaga kebersihannya cenderung sanggup menghindarkan burung dari penyakit, sementara sangkar yang terlihat kotor akan memudahkan timbulnya serangan banyak sekali penyakit. Kotoran pada sangkar sanggup bersumber dari sisa pakan, faeces burung, sampah atau debu. Kotoran ini sering menumpuk pada bantalan kandang, lantai kandang, atau menempel pada tenggeran. Oleh lantaran itu, dalam pembersihan, bagian-bagian ini perlu mendapat perhatian.

Tindakan yang dibutuhkan untuk menjaga kebersihan kandang, antara lain, adalah:
a. Mengeruk, menyikat dan menyapu kotoran yang menempel pada bagian-bagian sangkar untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disiapkan.
b. Menyemprot atau menyiram dengan air pada pecahan sangkar yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari .
c. Menyemprot sangkar dengan desinfektan secara reguler 1 bulan sekali.

2. Perawatan Burung
Pada bagian-bagian tubuh burung mirip paruh, bulu sayap, ataupun telapak kaki, sering menempel kotoran baik bersumber dari pakan, debu, atau kotoran lain. Selain itu, adakala beberapa burung terluka akhir aktivitasnya. Agar kotoran yang menempel tidak menjadi sumber penyakit dan luka burung tidak menjadi nanah atau bertambah parah, burung-burung dalam penangkaran perlu mendapat perawatan dan pemeliharaan.

Tindakan perawatan burung yang perlu dilakukan, antara lain, adalah:

a. Membersihkan bagian-bagian tubuh yang kotor, kemudian menyiram atau memandikannya dengan memakai semprotan air. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan tiap hari dan waktu memandikan burung sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 semoga burung sanggup mengeringkan tubuhnya yang berair dengan cara berjemur.

b. Mengobati pecahan tubuh burung yang terluka dengan memakai obat luka.

3. Penandaan (tagging)
Pemberian tanda (tagging) dibutuhkan untuk mengetahui silsilah, umur, nama pemilik penangkaran, memudahkan dalam pemberian pakan dan pengontrolan, serta sebagai tanda bahwa burung tersebut ialah burung hasil penangkaran.
Pemberian tanda pada burung sanggup dilakukan dengan memakai cincin alluminium yang anti karat berbentuk bundar yang biasa dijual di toko. Pemasangan cincin dilakukan pada kaki kiri lantaran kaki kiri sering digunakan untuk bertumpu sedangkan kaki kanan digunakan untuk mengambil, memegang atau menjepit pakan.
Pemasangan cincin sebaiknya dilakukan pada piyik yang berumur Ä… 20-30 hari lantaran pada umur muda tidak akan merusak kakinya. Pemasangan cincin dilakukan dengan cara menyatukan tiga buah jari kaki kemudian cincin dimasukkan dan didorong ke belakang hingga jari kaki pertama pada pecahan samping kembali bersatu dengan jari kaki lainnya.

D. Jenis Penyakit dan Pengendaliannya
Burung-burung dalam penangkaran walaupun telah dirawat dengan sebaik- baiknya, adakala atau masih sering terjangkit penyakit. Pengenalan jenis- jenis penyakit sangat dibutuhkan untuk menentukan langkah-langkah pengendaliannya. Jenis-jenis penyakit yang pernah menyerang burung dalam penangkaran ialah Tetelo atau Newcastle Disease (ND), Chronic Respiratory Disease (CRD), Coccidiosis (berak darah), Enteritis (radang usus), Proventriculitis (radang tembolok), Lice (kutu) dan Mycosis (jamur).
Selain itu, pada beberapa tahun terakhir, dunia perunggasan (termasuk burung) di Indonesia terjangkit penyakit flu burung (Avian Influenza/AI) yang sangat berbahaya dan bersifat zoonosis (menular dari binatang ke manusia). Beberapa pendapat, meng-khawatirkan kasus ini terjadi pula pada satwa burung, terutama yang sudah dipelihara manusia. Oleh alasannya ialah itu, pencegahan dan pengendalian penyakit menjadi hal yang penting dalam kegiatan penangkaran burung.
Pengendalian terhadap penyakit yang menyerang burung di penangkaran sanggup dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi gejala-gejala klinis yang ditunjukan burung. Konsultasi dengan dokter binatang sebaiknya dilakukan sehingga sanggup dilanjutkan dengan pengobatan atau pencegahan secara intensif.

V. PENGELOLAAN PENANGKARAN

Dalam penangkaran burung, terutama pengadaan dan pemeliharaannya, perlu memperhatikan tatacara dan peraturan yang berlaku. Tatacara pengada-an dan pemeliharaan burung sanggup mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan Departemen Kehutanan (khususnya untuk regulasi persyaratan dan perijinan) dan Departemen Pertanian (khususnya Karantina Hewan). Sementara itu, untuk memudahkan pemeliharaan burung sanggup mengikuti saran-saran Dinas Peternakan setempat, Dokter Hewan, Ahli burung (Ornithologist), Ahli Ekologi (Ecologist) dan sebagainya.
Bila belum terdapat mekanisme operasional standar (Standar Operational Procedur/SOP) pemelihara-an dan penangkaran burung dari pihak yang berwenang, maka institusi penge-lola juga sanggup membuat sendiri SOP tersebut dengan mempertimbangkan peraturan yang ada dan saran-saran para ahli.
Penerapan SOP dalam kegiatan pemeliharaan burung dimaksudkan semoga burung yang dipelihara sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik. Selain itu, manfaat lainnya ialah insan serta lingkungan tetap sehat dan higienis dari sumber penyakit (terutama yang bersifat zoonosis mirip Flu Burung).
SOP mencakup tatacara pengadaan dan pengiriman burung, penerimaan dan karantina burung, penyesuaian dan penempatan burung, pengelolaan pakan dan obat-obatan, pengelolaan kebersihan/sanitasi sangkar dan lingkungan, pengelolaan kesehatan dan pengendalian penyakit, pengelolaan repoduksi (perkembang biakan) dan pembesaran anak (piyik), serta pengelolaan sistem pencatatan bencana dan perkembangan burung (recording).
Kegiatan pemeliharaan burung yang dikaitkan dengan koleksi dan display bermanfaat pula dalam meningkatkan nilai wisata. Bentuk-bentuk wisata burung yang sanggup ditampilkan antara lain adalah: atraksi burung, celoteh burung, pemberian pakan pribadi kepada burung, foto bersama burung, dan sebagainya. Upaya mendapat nilai tambah ini harus dilakukan pengelola dengan cara melatih petugas dan burung yang dijadikan obyek peningkatan nilai wisata.

VI. PENUTUP
Kegiatan penangkaran yang berhasil meningkatkan populasi suatu jenis burung akan sangat bermanfaat bagi kelestarian jenis tersebut dan juga jenis lainnya secara tidak langsung. Selain untuk re-stocking ke habitat alam, hasil penangkaran tersebut juga sanggup dimanfaatkan sesuai peraturan yang berlaku.Dengan demikian, diharapkan kegiatan perburuan di habitat alam sanggup dikurangi dan dihentikan.
Sebagai gantinya, pemenuhan ajakan terhadap burung sebagai binatang pelihara (pet) yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan budaya masyarakat, akan sanggup disuplay dari hasil penangkaran.

0 Response to "Beternak Abang Bau Tanah || Pola Makalah Perihal Abang Tua"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel