Pengertian Udang Windu
Written By
checkitproduct
Monday, November 19, 2018
Edit
Udang windu (Penaeus monodon, Fabr.) merupakan primadona komoditas perikanan yang sangat terkenal dan mempunyai nilai tinggi dalam perdagangan internasional. Usaha budidaya udang windu berkembang cepat alasannya selain merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang potensial untuk ekspor, udang windu juga berperan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Adanya kecenderungan perubahan referensi konsumsi dunia dari daging ke produk ikan dan udang juga semakin memperluas peluang pasar. Hal ini sesuai dengan kebijakan pembangunan perikanan yang mengupayakan peningkatan ekspor tanpa menganggu peningkatan konsumsi ikan di dalam negeri.
Kegiatan budidaya udang windu secara nasional mencapai puncaknya pada tahun 1991 dan sesudah itu menurun drastis alasannya kegagalan panen jawaban penyakit dan merosotnya daya dukung lahan serta lingkungan. Pada kurung waktu 15 tahun terakhir, problem lingkungan sering diperdebatkan sebagai biang kegagalan budidaya udang, yang disinyalir bermula dari menurunnya kualitas lingkungan air tambak. Dalam sistem budidaya udang intensif, bantuan pakan terhadap penurunan kualitas lingkungan air tambak tidak bisa dipungkuri. Berton-ton pakan sebagai materi organik dimasukan kedalam petakan tambak dengan keinginan sanggup memproduksi udang secara maksimal (Anonim, 2004c). Padahal, praktek ini sanggup menurunkan kualitas air tambak yang berdampak pada pertumbuhan mikroorganisme patogen dan hama, serta menunjukkan tekanan terhadap kondisi fisiologi udang, yang pada akibatnya menurunkan kemampuan lingkungan tambak. Semula kegagalan budidaya udang windu dijumpai pada tambak udang intensif, namun akhir-akhir ini pada tambak tradisional juga banyak mengalami kehancuran.
Permasalahan utama yang dihadapi petambak udang windu yaitu serangan penyakit basil udang menyala (luminescent vibriosis), alasannya udang yang terjangkit pada keadaan gelap tampak bercahaya. Penyebab penyakit udang menyala tersebut yaitu basil Vibrio yang mengakibatkan wabah pada awal tahun 1990 sampai kini (Irianto, 2003). Hal ini terjadi alasannya merosotnya mutu lingkungan budidaya yaitu mutu air sumber dari perairan di sekitarnya dan mutu lingkungan tambak sendiri (Atmosumarsono et al., 1995). Bakteri Vibrio melaksanakan serangan secara ganas dan cepat sehingga sanggup mengakibatkan kematian total serta menyerang udang di pembenihan maupun pembesaran. Prayitno (1994) menyebutkan bahwa dari segi ekonomi, berjangkitnya wabah penyakit vibriosis ini melemahkan roda industri udang nasional.Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapat suatu metode pencegahan dan penanggulangan penyakit udang windu, antara lain penggunaan obat-obatan dan antibiotik. Penggunaan antibiotik dan materi kimia tidak efektif lagi alasannya tidak menunjukkan hasil yang memuaskan alasannya pada takaran tertentu justru berdampak negatif dengan meningkatkan resistensi bakteri-bakteri patogen terhadap konsentrasi antibiotik (Tjahjadi et al., 1994). Sejumlah isolat Vibrio berpendar yang diisolasi dari daerah pembenihan udang windu di Jawa Timur ternyata resisten terhadap banyak sekali macam antibiotik menyerupai spektinomisin, amoksisilin, kloramfenikol, eritromisin, kanamisin, tetrasiklin, ampisilin, streptomisin, dan rifampisin. Sementara di lain pihak antibiotik bersifat persisten di alam dan bahkan menjadi bumerang terhadap ekspor udang Indonesia (Tompo et al., 2006).
Salah satu upaya yang sanggup dilakukan guna mempertahankan keberlanjutan daya dukung ekosistem tambak yaitu melalui penggantian aplikasi materi kimia dan obat-obatan melalui aplikasi musuh alami hama penyakit dan patogen. Program eksplorasi dan pengembangan musuh alami untuk pengendalian hama dan penyakit akan sangat efektif diterapkan dalam upaya pengendalian hama dan penyakit terpadu yaitu melalui aplikasi probiotik. Untuk membuatkan probiotik yang sanggup mengendalikan penyakit telah dilakukan studi mengenai mikroorganisme yang mempunyai kemampuan menekan patogen. Salah satu bentuk probiotik yaitu konsorsia basil antagonis terhadap patogen udang yang efektif menekan populasi patogen dalam ekosistem tambak. Lactobacillus spp. dilaporkan efektif menghambat vibriosis (Jiravanichpaisal dan Chauychuwong, 1997), Pseudomonas fluorescens sanggup menghambat Vibrio anguilarum (Gram et al., 1999), Bacillus spp. dan Staphylococcus spp. yang berasal dari tambak bisa menekan basil Vibrio (Suprapto, 2005). Pemanfaatan basil antagonis sebagai biro pengendalian hayati akan semakin penting dari segi ekosistem akuakultur, alasannya sanggup mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan antibiotik sehingga tercipta sistem budidaya ramah lingkungan sekaligus menerapkan sistem keamanan hayati untuk mengurangi risiko kontaminasi penyakit pada produksi budidaya udang.
0 Response to "Pengertian Udang Windu"
Post a Comment