Beternak Kerbau Menunjukkan Untung Besar

Beternak Kerbau di katakan memperlihatkan ungtung besar lantaran selain kita memperoleh hasil daging susu,anakan kerbau juga sanggup membantu pengolahan lahan sawah menyerupai yang biasa di lakukan di pulau Jawa.
Kerbau yang sedang membajak sawah

Ternak kerbau sudah dipelihara petani Indonesia dari dahulu kala untuk banyak sekali tujuan, terutama sebagai sumber tenaga untuk pengolahan tanah dan alat transportasi. Ternak dipelihara dengan cara ekstensif dengan pertolongan pakan hijauan dari rumput dengan cara penggembalaan maupun dengan mencari rumput dan memberikannya pada ternak. Data tahun 2001 memperlihatkan bahwa populasi ternak sapi di Indonesia diperkirakan berjumlah 10,5 juta, dimana jumlahnya tidak pernah meningkat semenjak tahun 1985. Sedangkan populasi ternak kerbau malahan menurun drastis dari 3,3 juta ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001. Pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi telah mendorong terjadinya perubahan contoh konsumsi masyarakat dimana konsumsi peternakan baik berupa daging, telor dan susu meningkat dengan laju yang cukup tinggi, yakni di atas 5% per tahun untuk masa 20 tahun mendatang. Namun fakta memperlihatkan bahwa kemampuan peternakan dalam negeri belum bisa diandalkan untuk memenuhi ajakan konsumen dalam negeri. Indonesia yang semula dikenal sebagai pengekspor daging pada kurun tahun 1970-an, telah menjadi net impor pada tahun 1980-an.
                                    Beternak Kerbau di katakan memperlihatkan ungtung besar lantaran selain kita memperoleh hasil d Beternak Kerbau Memberikan Untung Besar
                                          Kerbau yang sedang membajak sawah

Menurut sejarah perkembangan domestikasi, ternak kerbau yang berkembang di seluruh dunia berasal dari tempat sekitar India. Pada dasarnya ternak kerbau dipakai sebagai ternak kerja, selanjutnya untuk penghasil daging dan juga penghasil susu. Ternak kerbau diklasifikasi sebagai kerbau sungai dan kerbau Lumpur. Di Indonesia lebih banyak terdapat kerbau Lumpur dan hanya sedikit terdapat kerbau sungai di Sumatera Utara yaitu kerbau Murrah yang dipelihara oleh masyarakat keturuan India dan dipakai sebagai penghasil susu. Populasi ternak kerbau di dunia diperkirakan sebanyak 130−150 juta ekor, sekitar 95% berada di belahan Asia selatan, khususnya di India, Pakistan, China belahan selatan dan Thailand (SONI, 1986).
Populasi ternak kerbau di Indonesia hanya sekitar 2% dari populasi dunia. Hanya sedikit sekali kerbau lumpur yang dimanfaatkan air susunya, lantaran produksi susunya sangat rendah yaitu hanya 1−1,5 l/hari, dibandingkan dengan tipe sungai yang bisa menghasilkan susu sebanyak 6−7 l/hari. Namun demikian, di beberapa daerah, susu kerbau lumpur telah usang dimanfaatkan oleh masyarakat. Di Pulau Sumatera banyak ditemukan ternak kerbau mulai dari dataran rendah hingga dengan dataran tinggi. Disamping itu ditemukan juga di tempat rawa, namun masih termasuk dalam bangsa kerbau lumpur. Potensi pakan yang cukup banyak tersedia menjadikan ternak kerbau sebagai komoditas unggulan di sebagian besar tempat di Pulau Sumatera.
Usaha ternak kerbau merupakan perjuangan peternakan rakyat yang dipelihara sebagai perjuangan sampingan, memakai tenaga kerja keluarga dengan skala perjuangan yang kecil lantaran kekurangan modal. Disamping itu sebagian peternaknya ialah penggaduh dengan sistem bagi hasil dari anak yang lahir setiap tahunnya. Pemeliharaan ternak umumnya bergantung pada ketersediaan rumput alam. Siang hari peternak menggiring ternak ke tempat penggembalaan dan malam hari dibawa ke erat pemukiman dan biasanya tanpa kandang, ternak hanya diikat di belakang rumah petani, dan belum biasa memperlihatkan pakan tambahan. Selain produksi dagingnya, kerbau juga sebagai penghasil susu yang diolah dan dijual petani dalam bentuk dadih di Sumatera Barat serta gula puan, sagon puan dan minyak samin di Sumatera Selatan. Secara umum produktivitas susu masih rendah yaitu sekitar 1−2 liter/ekor/hari. Dibandingkan dengan ternak sapi, ternak kerbau agak kurang menerima perhatian dari banyak sekali kalangan. Konsekuensinya, produktivitas ternak relatif rendah, bahkan populasi ternak kerbau di Sumatera hanya sedikit meningkat, walaupun masih jauh lebih tinggi dari rataan nasional.

 Produksi Susu
Produksi susu yang tinggi pada induk sedang laktasi selama bulan pertama besar lengan berkuasa terhadap bobot badan induk dan sanggup menimbulkan penurunan bobot badan selama bulan pertama setelah melahirkan. Penurunan bobot badan ini disebabkan oleh beberapa faktor contohnya nutrisi induk selama sebelum dan setelah beranak, animo beranak dan cara pemeliharaan. Akan tetapi faktor cekaman laktasi belum jelas. Kehilangan bobot badan selama laktasi sepenuhnya normal sehingga diharapkan energi tersedia yang tinggi untuk produksi susu tanpa menimbulkan beban berlebihan pada sistem pencernaan. Perlunya tata laksana pertolongan pakan yang baik pada dikala bunting dan laktasi semoga tersedia cadangan yang cukup pada waktu beranak dan mencegah kehilangan bobot badan yang berlebihan selama laktasi.
Produksi susu yang tinggi diinginkan untuk anak-anaknya dan kelebihannya untuk konsumsi manusia. Masa laktasi yang usang dan berkelanjutan setelah anaknya disapih penting bagi ternak perah. Musim beranak, jumlah laktasi dan umur pertama kali beranak mensugesti produksi susu. Ternak yang beranak dari bulan Januari hingga Juni menghasilkan susu lebih banyak dari pada yang beranak bulan-bulan lainnya.
Besarnya produksi susu yang dihasilkan selama masa laktasi dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya pertumbuhan dan perkembangan sel-sel sekretoris kelenjar ambing selama kebuntingan, ketersediaan zat-zat masakan sebagai materi untuk sintesa susu dan laju penyusutan sel-sel sekretoris selama laktasi. Secara umum sanggup dikatakan bahwa sintesa susu melalui dua jalur yaitu filtrasi dan sintesis. Kecepatan sintesis dan filtrasi susu tergantung dari konsentrasi precursor di dalam darah yang merupakan lisan dari kuantitas dan kualitas suplai pakan.
Bangsa kerbau perah yang didatangkan dari tempat beriklim sejuk rentan sekali terhadap cekaman panas. Untuk itu tata laksana pemeliharaan dan pertolongan pakan harus diperhatikan guna menekan sekecil mungkin imbas cekaman panas tersebut. Rendahnya bobot badan ternak perah di Indonesia mungkin merupakan hasil final pembiasaan terhadap lingkungan yang lembab dan tropis.

Bangsa kerbau dan jumlah laktasi besar lengan berkuasa terhadap produksi susu. Produksi susu maksimum tercapai pada umur 4-5 tahun atau pada laktasi ketiga dan tidak menurun drastis selama tiga tahun berikutnya dimana dianggap hampir semua bangsa kambing berbiak sekali dalam setahun. Susu yang dihasilkan setiap hari akan meningkat semenjak induk beranak kemudian produksi akan menurun secara berangsur-angsur hingga berakhirnya masa laktasi. Puncak produksi susu akan dicapai pada hari 21-49 setelah beranak. Produksi susu kambing berkisar 1-3 kg per ekor per hari tergantung bangsa kambing, masa laktasi, suhu lingkungan, pakan, jumlah anak perkelahiran dan tata laksana pemeliharaan.

BACA JUGA KELEBIHAN TERNAK KERBAU

0 Response to "Beternak Kerbau Menunjukkan Untung Besar"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel