Bahan Baku Pakan Sebagai Sumber Protein Nabati

Bahan baku pakan sebagai sumber protein 

Bahan baku pakan sebagai sumber protein nabati antara lain : 

Bungkil Kelapa 
Bahan pakan ini merupakan hasil sisa pengolahan minyak kelapa. Daging kelapa yang dikeringkan hingga kandungan airnya dibawah 6% disebut kopra. Setelah kopra diambil minyaknya, maka materi yang tersisa disebut bungkil kelapa. Tergantung dari cara pengambilan minyak, ada dua jenis bungkil kelapa. Yang pertama dihasilkan dari proses pengambilan minyak secara ekstraksi dengan zat pelarut, risikonya disebut extracted coconut oil. 

Yang kedua dihasilkan dari proses pengambilan minyak secara ekstraksi dengan dipres, risikonya disebut expeller coconut oil. Penyimpanan bungkil kelapa dalam suhu tinggi akan mempercepat proses ketengikan. Oleh alasannya itu harus diyakinkan bahwa bungkil kelapa yang akan dipakai dalam ransum ayam tidak dalam keadaan tengik, alasannya sanggup mengakibatkan diare. Bungkil kelapa sanggup dipakai dalam ransum untuk ayam semua umur.
Bahan baku pakan sebagai sumber protein nabati antara lain  Bahan Baku Pakan Sebagai Sumber Protein Nabati
Bahan Baku Pakan Sebagai Sumber Protein Nabati
Bungkil kedelai 
Karena sudah diambil minyaknya, maka kandungan protein bungkil kedelai lebih tinggi dari pada kedelainya sendiri yaitu sekitar 50%. Bungkil kedelai merupakan sumber asam amino esensial yang baik bagi ayam. Kandungan energi metabolismenya juga tidak terlalu rendah kira-kira 2200 kkal/ kg. Bungkil kedelai sanggup dipakai dalam ransum ayam semua umur. 

Kacang kedelai 
Kacang kedelai utuh sanggup juga dipakai sebagai materi baku pakan ternak alasannya ketersediaannya di dalam negeri cukup memadai. Kecenderungan pasar dunia yang semakin membutuhkan bungkil kedelai telah menaikkan harganya, sehingga dikala ini harga bungkil kedelai lebih mahal daripada kacang kedelai utuh. 

Akhir-akhir ini telah ada suatu perjuangan untuk tetap mempertahankan kandungan minyak dalam biji kedelai. Kendala pemanfaatan kacang kedelai yaitu kandungan racun alami yang terdapat di dalamnya. Racun alami tersebut berupa zat anti tripsin, yaitu zat yang sanggup menghambat kerja enzim tripsin dalam menyintesis protein, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan ayam terhambat. Meskipun demikian, racun tersebut sanggup dihilangkan melalui proses pemanasan. 

 Bahan ini mengandung protein sekitar 37 - 38%, sama dengan protein biji kedelai tetapi alasannya minyaknya tidak diambil, maka kandungan energinya lebih tinggi dari pada bungkil, yaitu sekitar 3300 – 3.510 kkal/kg; lemak 17,9%; serat bernafsu 5,7%. Karena materi pakan sudah tidak lagi mengandung tripsin inhibitor maka pemakaian dalam ransum tidak terbatas. 

Bungkil kacang tanah 
Bungkil kacang tanah mengandung asam amino methionin dan lisin yang rendah. Penggunaannya dalam pakan ayam tidak terbatas. Bungkil kacang tanah sangat gampang berjamur. Toxin yang sering terdapat dalam bungkil kacang tanah, yaitu aflatoxin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus. Toxin ini sanggup mengakibatkan ayam kehilangan nafsu makan sehingga menurunkan laju pertumbuhan. Oleh alasannya itu bungkil kacang tanah yang berjamur sebaiknya tidak dipakai dalam pakan ayam. 

Kandungan energi metabolismenya sebesar 2.210 kkal/kg dan protein kasarnya 24 – 47%. Kendala pemakaian materi baku ini yaitu ketersediaannya mengandalkan impor. Selain itu, kandungan serat bernafsu yang cukup tinggi membatasi penggunaannya. Dua hambatan ini masih ditambah lagi dengan sedikitnya kandungan asam amino esensial. Jika lokasi peternakan di erat pabrik minyak kacang tanah, hambatan ketersediaan sanggup diatasi dengan memanfaatkan limbah atau bungkilnya. Kelebihan bungkil kacang tanah ini yaitu meningkatkan palatabilitas. Ternak unggas menyukai aroma materi baku ini. 

Bungkil biji kapuk 
Bungkil biji kapok mengandung lignin tinggi dan memiliki kecernaan rendah. Disamping itu mengandung zat anti nutrisi gossipol yang merugikan bagi ternak. Ayam sanggup mentolerir gossipol bebas dari pakan sebanyak 0,01%. Penggunaan bungkil biji kapok dalam pakan tergantung pada jumlah gossipolnya. 

Bahan baku ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 25 – 30%. Namun, lagi-lagi kendalanya yaitu kandungan serat kasarnya cukup tinggi, mencapai 25%. Karena itu, kalau ketersediaannya memadai, sanggup dipakai untuk materi baku pakan hanya hingga 3%. Itu pun hanya untuk tternak unggas remaja sebagai pakan finisher. umumnya materi baku ini dipakai sebagai pakan ternak ruminansia, menyerupai sapi potong dan sapi perah. 

Ampas kecap 
Ampas kecap yaitu buangan dari proses pembuatan kecap. Sayang kalau limbah ini tidak dimanfaatkan, mengingat kandungan nutrisinya yang cukup baik. Untuk sanggup dipakai menjadi materi baku pakan, ampas kecap harus dikeringkan terlebih terlebih dahulu dan digiling menjadi tepung. Nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya, protein 24,9% dan lemak 24,3%. 

Bunga Biji Matahari 
Nilai nutrisinya tergantung dari cara pengolahan. Bungkil biji bunga matahari mengandung lisin dengan availitabilitas yang rendah. Penggunaannya dalam pakan ayam tidak terbatas. 

Tepung daun lamtoro 
Di Indonesia, daun lamtoro atau ipil-ipil adakala dipakai dalam ransum ayam. Ditinjau dari kandungan proteinnya, daun lamtoro lebih baik dibandingkan dengan alfafa, berkisar antara 22 - 34%. Daun lamtoro juga merupakan sumber beta caroten yang baik, yang penting pada warna kuning telur. Tetapi alasannya adanya kandungan mimosin, maka penggunaannya dalam ransum ayam menjadi terbatas. Untuk anak ayam disarankan tidak lebih dari 5% sedangkan untuk ayam petelur sanggup dipakai hingga 15%. 

Apabila di tempat peternak banyak dijumpai pohon lamroro, akan sangat menguntungkan kalau sanggup dibentuk tepung daun lamtoro. Bahan ini sanggup dipakai sebagai sumber protein nabati yang cukup baik untuk adonan pakan ternak. Selain itu, kandungan xanthophylnya cukup baik sekitar 660 ppm. Nilai ini jauh di atas kandungan xanthophyl jagung, sekitar 20 ppm. Oleh alasannya itu, tepung daun lamtoro sanggup juga dipakai sebagai pewarna kuning di bab kaki dan kulit ayam ras pedaging. 

Proses pembuatan tepung daun lamtoro cukup sederhana. Daun lamtoro dikeringkan dengan pertolongan sinar matahari, sekaligus untuk menghilangkan zat mimosin atau zat yang sanggup mengakibatkan kerontokan bulu unggas, kemudian ditumbuk atau digiling menjadi tepung. Dalam industri pakan, umumnya materi baku ini tidak dipakai alasannya kesulitan pengadaannya dan tidak ada jaminan kemurniannya (sering dipalsukan). Namun, kalau di tempat peternak banyak didapatkan pohon lamtoro, sangat baik kalau sanggup dimanfaatkan sebagai materi baku pakan. Jika dibentuk tepung, daun lamtoro akan menghasilkan rendemen 30% dari bobot daun basah. 

Alfafa 
Di Indonesia, daun lamtoro atau ipil-ipil, alfafa adakala dipakai dalam ransum ayam. Ditinjau dari kandungan proteinnya, daun lamtoro lebih baik dibandinkan dengan alfafa, berkisar antara 22 - 34%. Daun lamtoro juga merupakan sumber beta caroten yang baik, yang penting pada warna kuning telur. Tetapi alasannya adanya kandungan mimosin, maka penggunaannya dalam ransum ayam menjadi terbatas. Untuk anak ayam disarankan tidak lebih dari 5% sedangkan untuk ayam petelur sanggup dipakai hingga 15%. 

Lupin 
Legum ini mungkin tidak tumbuh di Indonesia, tetapi banyak tumbuh di negara lain menyerupai Australia, amerika, dll. 

Chick Pea 
Bahan pakan ini banyak ditanam di beberapa di dunia ini untuk kebutuhan konsumsi manusia. Bijinya banyak mengandung lisin, tetapi miskin akan asam amino yang mengandung sulfur dan triptophan. 

Kacang Hijau
Kacang hijau miskin akan asam amino yang mengandung sulfur dan triptophan. Kacang hijau ini jarang dipakai sebagai adonan materi pakan.

0 Response to "Bahan Baku Pakan Sebagai Sumber Protein Nabati"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel