Daun Lamtoro Sebagai Pakan Ternak (Luar Biasa Khasyatnya)

Lamtoro (Leucaena leucocephala) sudah dikenal di Indonesia semenjak dulu dengan nama petai cina. Tanaman ini ialah leguminosa pohon yang keras dan tahan kering, mengandung protein yang tinggi dan biasa dipakai sebagai materi pakan ruminansia di kawasan tropis (Nuttaporn and Naiyatat, 2009). Menurut  Muelen  et. al.,  (1979)  lamtoro  dapat  digunakan  untuk  makanan  ternak  dan memiliki  potensi  besar  untuk  dikembangkan.  Hal  ini  disebabkan  karena  lamtoro  mudah ditanam,  cepat  tumbuh, produksi  tinggi dan komposisi  asam amino yang seimbang.

Eniolorunda (2011) melaporkan komposisi proksimat tepung daun lamtoro ialah 88,2% materi kering, 21,8% protein kasar, 15,1% serat kasar, 3,1% abu, 8,6% ekstrak eter, dan 50,7% BETN. Ayssiwede, et al. (2010) melaporkan hasil penelitian dari beberapa peneliti bahwa lamtoro penting sebagai sumber materi pakan lantaran kaya akan protein, asam-asam amino esensial, mineral, karotenoid dan vitamin. Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi tinggi namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak pemberiannya perlu dibatasi.

Lamtoro mengandung zat anti nutrisi yaitu asam amino non protein yang disebut mimosin, yang sanggup mengakibatkan keracunan atau gangguan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang cukup usang (Haryanto, 1993 dan Siregar, 1994). Mimosin memiliki rumus kimia ß-N-(3hydroxypyridone-4)-a-amino-propenoic acid. Gangguan kesehatan tersebut biasanya ditandai dengan rambut rontok, pertumbuhan lambat, dan pembengkakan kelenjar gondok (Siahaan, 1982).

Zat anti nutrisi Iainya yang terkandung di dalam Iamtoro yaitu asam sianida (HCN) yang kuat jelek lantaran sanggup mengakibatkan terjadinya pembengkakan kelenjar tiroid pada ternak. Asam sianida sanggup mengakibatkan keracunan akut (mematikan) dan keracunan kronis. Pada takaran rendah HCN yang masuk dalam tubuh ternak dalam jangka waktu yang cukup usang sanggup menurunkan kesehatan ternak.

Penggunaan Daun Lamtoro Pada Babi
Penelitian yang telah dilakukan bahwa lamtoro sebanyak 20% sanggup diberikan pada babi muda dan renta tetapi harus dicampur dengan 0,4% ferri sulfat (Agency for International Development, 1982). Balai Penelitian Ternak Bogor merekomendasikan bahwa pertolongan lamtoro pada babi umur 3-4 bulan tidak melebihi 20%.
 sudah dikenal di Indonesia semenjak dulu dengan nama petai cina DAUN LAMTORO SEBAGAI PAKAN TERNAK (LUAR BIASA KHASYATNYA)

Penggunaan Daun Lamtoro pada domba
Menurut Wina (1982) penambahan daun Iamtoro hingga dengan 30% pada domba yang diberi ransum dasar rumput gajah memperlihatkan nilai koefisien cerna protein, materi organik dan energy yang lebih tinggi dari pada kaliandra dan gamal, namun tidak berbeda dalam pertambahan bobot tubuh dan konsumsi ransum (bahan kering, materi organik dan energi).

Penggunaan Daun Lamtoro Pada Kelinci
Yurmiaty dan Suradi. 2007 menyatakan bahwa penggunaan 10%  daun lamtoro  dalam ransum sanggup meningkatkan berat, luas dan tebal pelt, namun apabila penggunaan daun lamtoro ditingkatkan menjadi 20% akan diikuti dengan penurunan berat, luas dan tebal pelt (kerontokan bulu). Hal ini memperlihatkan bahwa pertolongan daun lamtoro sanggup  meningkatkan  produksi  kulit apabila diberikan sebanyak 10 % dalam ransum. (Pelt ialah bulu yang telah ditanggalkan dari tubuh ternak).

Penggunaan Daun Lamtoro Pada Ayam Pedaging
Dalam penelitiaanya Mandey et. al., 2015 yang berjudul Manfaat Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala Dalam Pakan Ayam Pedaging Diukur Dari Penampilan Produksi menyimpulkan bahwa pakan dasar ayam pedaging sanggup digantikan dengan tepung daun lamtoro hingga 20%.

Penggunaan Daun Lamtoro Pada Sapi PO.
Wahyuni dkk. (1981) melaporkan hasil percobaan pada sapi PO (Peranakan Ongole) yang diberi ransum pokok rumput lapangan ditambah daun lamtoro sebanyak 0%, 20%, 40%, 60% dan 100% yang memperlihatkan pertambahan bobot tubuh harian masing-masing sebesar 0,02 kg, 0,29 kg, 0,54 kg dan 0,57 kg dan 0,38 kg . Pemberian lamtoro 40% dan 60% ialah terbaik kalau dibandingkan dengan pertolongan lamtoro sebanyak 0%, 20% dan 100%. Selain itu selama 26 ahad (182 hari) dilakukan percobaan tidak terlihat adanya tanda-tanda keracunan pada ternak.

Sumber:
Agency for International Development (AFID). 1982. Lamtoro  gung  (Leucaena  leucocephala)- Tanaman Bahan Makanan Ternak yang Amat Baik. Technical Series Bulletin No. 25. Office of Agriculture Bureau for Science and Technology, Washington D.C. p. 1-8.
Ayssiwede, S.B., A. Dieng., C. Chrysostome., W. Ossebi., J.L. Hornick and A. Missohou. 2010. Digestibility and metabolic utilization and nutritional value of Leucaena leucocephala (Lam.) leaves meal incorporated in the diets of indigenous Senegal chickens. Int. J. of Poult. Sci. 9 (8):767-776.
Eniolorunda, O.O. 2011. Evaluation of biscuit waste meal and Leucaena leucocephala leaf hay as sources of protein and energy for fattening “yankassa” rams. African J. of Food Sci. Vol. 5 (2):57-62.
Haryanto, B. dan A. Djajanegara. 1993 .Pemenuhan kebutuhan zat-zat masakan ternak ruminansia kecil. Sebelas Maret University Press. Hal 192-194.
Mandey, Jet. S., N J. Kumajas, J. R. Leke, M. N. Regar. 2015. Manfaat Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala Dalam Pakan Ayam Pedaging Diukur Dari Penampilan Produksi. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal )  Vol. 35 No. 1 : 72-77.
Nuttapon, C. and P. Naiyatat. 2009. The reduction of mimosine and tannin contents in leaves of Leucaena leucocephala. Asian J. of Food and Agro-Industry, S137-S144.
Yurmiaty, H. dan K. Suradi., 2007. Penggunaan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) dalam Ransum terhadap Produksi Pelt dan Kerontokan Bulu Kelinci Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 7 No. 1, 73 – 77.
Siahaan, M.S. 1982. Lamtoro. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta. 22-38
Siregar, B. 1994 . Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya . Jakarta .
Wahyuni, Editha S.J ., Komara W dan Alan Day. 1981 . Penggunaan banyak sekali tingkat hijauan petai cina (Leucaena leucocephala) pada pertumbuahan sapi peranakan onggole. Proc. Seminar Penelitian Peternakan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak . Bogor. Hal 169-173.
Wina, E. 1992. Nilai gizi kaliandra, gamal dan lamtoro sebagai tambahan untuk domba yang diberi pakan rumput gajah. Proc . Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian . Teknologo Pakan dan Tanamam Pakan. BPT. Hal 13-19

0 Response to "Daun Lamtoro Sebagai Pakan Ternak (Luar Biasa Khasyatnya)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel