Budidaya Kelinci Hias

 Budidaya Kelinci Hias 

Budidaya kelinci memang menggiurkan. Apalagi kelinci hias, harganya sanggup 10 kali lipat harga kelinci konsumsi yang biasa kita temui dan di pelihara di setiap rumah. Dan taukah anda jikalau kelinci tidak hanya mempunyai harga yang mahal tetapi juga urine dan fecesnya dari kelinci pun sanggup dijadikan uang.

Apabila hobi kita berwisata makanan niscaya sependapat bahwa restoran dengan sajian daging kelinci kian menjamur dan berkembang pesat ketika ini. Tekstur daging yang lembut dan gurih makin digemari alasannya ialah kandungan kolesterol daging kelinci jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi atau kambing sehingga lebih sehat bila dikonsumsi oleh semua orang dan juga orang yang mempunyai penyakit kolesterol tidak perlu khawatir alasannya ialah bias merasakan daging kelinci yang gurih dan lembut ini.
Sejatinya budidaya kelinci telah usang pula dilakukan orang. Sebab laba beternak kelinci tidak mengecewakan menggiurkan. Binatang ini sudah siap kawin ketika memasuki usia enam bulan dan masa buntingnya yang relatif pendek, yakni 29-31 hari. Sekali reproduksi kelinci beranak 4-12 ekor anak sekaligus, artinya tidak butuh waktu usang untuk mencapai titik impas usaha.

Namun tidak hanya itu, seiring berkembangnya kelompok masyarakat penyuka binatang hias, binatang imut-imut bertubuh mungil dengan bulunya yang lembut itu telah masuk hitungan sebagai incaran para pehobi dan pecinta kelinci yang ketika ini kian banyak dan berkembang. Maka dari sisi nilai ekonomi terang perjuangan dan budidaya kelinci ini semakin menguntungkan.

Bila kita hitung secara lebih rinci, kelinci hias mulai mempunyai nilai jual sehabis 2,5 bulan. Dalam setahun seekor indukan mengalami tiga kali masa kawin atau tiga kali bunting. Taruh kata, rata-rata sekali beranak melahirkan 5 ekor, berarti dalam setahun menghasilkan 15 anakan. Dengan harga jual Rp 75.000,00-Rp 100.000,00, maka setahun per ekor sanggup menghasilkan pendapatan sampai Rp 1.500.000,00, dengan kelangsungan hidup mencapai umur 4 tahun. 

Indukan yang sudah tidak produktif tersebut masih mempunyai nilai ekonomis, yakni sebagai binatang potong di resto atau warung sate kelinci yang kian marak ketika ini.
Memang benar, untuk memenuhi selera konsumen, kita tidak hanya mengandalkan satu jenis kelinci local saja, melainkan juga mendatangkan beberapa jenis kelinci hias dari luar negeri, menyerupai lop, angora, rex, hotot, dutch, dwarf, lion, maupun flemish giant, jenis jenis kelinci tersebut mempunyai angka jual yang cukup mahal namun anda akan merasa puas apabila anda sudah memilikinya. 

Kelinci-kelinci tesebut merupakan kelinci yang ketika ini sedang popular untuk jenis impor. Perbedaannya, apabila kelinci lokal secara fisik penggalan ekspresi dan telinganya lebih panjang, tubuhnya relatif lebih besar dengan bobotnya 2-3 kg dan biasanya terdapat pola-pola di atas bulu, kelinci jenis impor mempunyai banyak jenis motif dan lebih variatif. Ada kelinci berjenis kuping turun, kuping kecil, dan sebagainya. Kelinci jenis hotot yang paling besar bobot tubuhnya hanya 1,5 kg. Tetapi terdapat pula kelinci impor, yakni flemish giant, per ekor beratnya sanggup mencapai 10 kg.

0 Response to "Budidaya Kelinci Hias"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel