Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Melaksanakan Vaksinasi

Kegagalan Vaksinasi 

Perlu diingat bahwa vaksinasi yaitu salah satu aktivitas pengendalian penyakit pada ternak yang bertanggung jawab terhadap kerugian irit yang cukup tinggi apabila dalam pelaksanaanya ternyata menemui kegagalan. Adanya kegagalan vaksinasi mengakibatkan angka pesakitan (morbiditas) ternak tang tinggi, penurunan produksi dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan.

Beberapa faktor yang mengakibatkan kegagalan vaksinasi antara lain: 

A. Vaksin. Pembatasan life span (masa berlaku) vaksin yang sudah lewat atau kadaluwarsa mengakibatkan vaksin tidak berkhasiat apabila digunakan lantaran tidak akan menghasilkan imunitas yang diharapkan. Apabila temperatur pada dikala penyimpanan dan transportasi vaksin di atas 4 derajat celcius, maka vaksin akan kehilangan potensinya. Demikian pula vial dan materi asal vial yang tidak memenuhi syarat. Bahan pengencer yang disediakan berkualitas rendah. Seringkali digunakan materi pengencer berupa air sumur, air destilasi atau garam fisiologis, hal ini tidak dibenarkan. Perlu dicatat bahwa materi pengencer yang digunakan yaitu yang telah disediakan oleh pabrik pembuat vaksin. Bahan pengencer dihentikan dicampur atau ditambahkan zat apapun. 

B. Cara Vaksinasi. Secara khusus takaran dan cara/route dukungan vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai hukum maka terjadilah kegagalan vaksin. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis, kekurangan takaran vaksin akan menjadikan imunitas yang kurang. Kelebihan takaran akan menjadikan immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal. Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Kadang-kadang peternak memakai materi pengencer berupa air ledeng yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi antigenisitasnya dan mengakibatkan timbulnya antibodi yang kurang. Route dukungan vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (di bawah kulit). Route dukungan vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route dukungan vaksin mengakibatkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan. Jadwal dukungan vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilah booster. Apabila rangkaian dukungan vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya tidak lengkap dilakukan , maka imunitas yang diperlukan tidak akan tercapai. 

C. Antibodi Maternal. Antibodi maternal yaitu antibodi yang berasal dari induk yang diturunkan kepada anak, jikalau pada ayam melalui kuning telur pada waktu telur masih ada di ovarium. Kegunaan antibodi tersebut yaitu untuk ketahanan badan anak terutama pada awal-awal kehidupannya. Antibodi ini diperoleh secara pasif. Vaksinasi yang dilakukan pada dikala antibodi maternal masih ada dalam darah sirkulasi, artinya belum secara total dikatabolisme, maka vaksin yang diberikan akan percuma, lantaran dinetralisir oleh antibodi maternal. Hasil penelitian Zalizar dan Rahayu (1997), menunjukkan bahwa sehabis dukungan vaksin ND La Sota ke-I pada ayam umur 8 hari, titer HI (Hemaglutinasi Inhibisi) menurun sangat drastis hingga 78,75% dari antibodi maternalnya, hal ini disebabkan masih ada campur tangan antibodi maternal terhadap keberhasilan vaksinasi. Titer HI sehabis dukungan vaksin ND La Sota ke-II, yaitu pada umur 18 hari, ternyata jauh lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I. Demikian pula titer HI sehabis vaksinasi ke-tiga, pada umur 28 hari, lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I dan ke-II. Antibodi maternal secara efektif mencegah keberhasilan vaksinasi hingga antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10 – 20 hari sehabis ayam menetas. 

D. Cold Storage (pendingin). Vaksin harus dipertahankan tetap masbodoh dari mulai dikeluarkan oleh pabrik pembuat hingga pada dikala akan diberikan kepada ternak. Vaksin dan materi pengencer kadang kala menjadi satu tempat, akan tetapi kadang juga terpisah dengan temperatur penyimpanan yang berbeda, hal ini tergantung dari pabrik pembuat vaksin. Tindakan yang lebih hati-hati yaitu apabila selama transportasi vaksin ditempatkan di ice box sehingga temperatur yang rendah sanggup selalu dipertahankan. 

E. Kemampuan Membangun Antibodi. Vaksin yang diberikan akan bekerjasama eksklusif dengan status imun ayam yang mendapatkan vaksin. Immunocompetence yaitu istilah yang digunakan untuk menyatakan kemampuan membangun antibodi yang dimiliki oleh ternak. Immunocompetence sangat dipengaruhi oleh faktor kongenital (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Faktor kongenital yang banyak berperan yaitu organ-organ limfoid, yang terdiri atas : bursa fabricius pada ayam, thymus, lien yang akan menghasilkan sel-sel limfosit. Bursa fabricius merupakan kawasan pendewasaan dan deferensiasi sel-sel limfosit B yang berperan dalam antibodi humoral, sedangkan thymus berperan sebagai kawasan pendewasaan sel-sel limfosit T yang berperan bagi pembentukan antibodi seluler. Apabila ada gangguan pembentukan antibodi oleh organ-organ limfoid di atas maka kekebalan badan yang terbentukpun akan terganggu. Faktor lingkungan yang berperan memilih immunocompetence ternak yaitu status nutrisi dan penyakit. Nutrisi yang buruk terutama kandungan protein yang rendah akan menurunkan immunocompetence. Temperatur yang tinggi dan tingginya curah hujan juga akan mengakibatkan stress pada ternak yang akan menurunkan juga immunocompetence. Penyakit-penyakit strategis pada ayam yang sering mengakibatkan kendala imunitas (immunocompetence) yaitu IBD (gumboro) dan ND. 

F. Mycotoxin (racun dari jamur) dalam pakan. Adanya mikotoksin yang masuk ke dalam badan ternak bersama dengan biji-bijian pakan ternak akan mengakibatkan keracuinan dan menurunkan immunocompetence. Mikotoksin gampang berkembang pada lingkungan dengan temperatur tinggi dan kelembaban yang tinggi pula, menyerupai di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. 

G. Kontaminan pakan. Pestisida yang mencemari biji-bijian pakan diindikasikan sebagi salah satu faktor penyebab rendahnya immunocompetence. Hal ini berkaitan dengan imbas pestisida yang mengakibatkan limfositoksik (keracunan pada sel-sel limfosit). Hal ini akan mengakibatkan kegagalan vaksinasi. Logam berat, menyerupai Cu, Cd dan Pb seringkali mencemari pakan. Logam-logam tersebut berasal dari limbah industri, pupuk kimia, rodentisida, asap mobil, cat dan herbisida yang mencemari udara, air dan pakan. Apabila pakan terkontaminasi tersebut masuk ke badan ternak maka hal ini merupakan faktor penghambat imunitas ternak.

0 Response to "Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Melaksanakan Vaksinasi"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel