Penyakit Pada Unggas Akhir Benalu Cacing

Penyakit pada Unggas Akibat Parasit Cacing 

Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan mengakibatkan kerugian secara ekonomis, lantaran unggas penderita mengalami kendala pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak sanggup mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis jawaban cacing Nematoda disebut Nnematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis. 


1. Nematodosis
Telah banyak dikenal banyak sekali jenis cacing Nematoda yang menyerang unggas dengan banyak sekali lokasi penyerangan. Di bawah ini secara rinci dijelaskan masing-masing jenis Nematoda. 

a. Cacing Mata /Eye Worm (Oxyspirura sp)
Cacing Oxyspirura sp berukuran kira-kira 2 cm, hidup di saccus conjunctiva , sering mengakibatkan conjunctivitis, opthalmitis, dan protrusion membrana nictitans. Cacing jenis ini menyerang banyak sekali unggas, antara lain ayam, kalkun, merpati, burung-burung liar dan burung-burung dalam sangkar.


b. Syngamus trakhea
Syngamus trakhea hidup di trakhea, adakala pada bornkhus. Cacing hidup di darah dan mengakibatkan trakheitis diffuse atau fokal di tempat menempelnya. Ukuran cacing lebih dari 2 cm. Cacing menyerang banyak sekali unggas, antara lain ayam, kalkun, dengan gejala-gejala, menyerupai pernafasan cepat, dyspnoe, head shaking. 

c. Capillaria sp.
Capillaria sp merupakan Nematoda yang menginfeksi crop dan esophagus dan mengakibatkan radang mukosa crop dan esophagus. Beberapa cacing mempunyai panjang lebih dari 6 cm. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, angsa, itik dan burung-burung dalam sangkar. Gejala yng ditimbulkan berupa anemia dan kelemahan.

d. Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea. 
Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea merupakan Nematoda yang hidup di proventriculus ayam dan unggas lain. Ukuran cukup umur antara 3 – 18 mm, benalu bersembunyi di dalam mukosa dan sering penetrasi ke dalam kelenjar-kelenjar. Gejala yang ditimbulkan, antara lain : diare, kelemahan dan anemia yang diserta dengan ulserasi mukosa, hemorrhagi, nekrosis, pembengkakan mukosa. Cacing ini menyerang banyak sekali unggas, antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh dan itik. Mortalitas paling tinggi terjadi pada merpati, yang biasanya disebabkan oleh Dyspharynx nasuta. Hospes intermediet cacing ini, antara lain : 

e. Cheilospirura dan Omidostomum. 
Cheilospirura dan Omidostomum menyerang gizzard, cacing cukup umur berukuran antara 1 – 4 cm. Kebanyakan hidup di sebelah dalam gizzrd dan mengakibatkan ulserasi dan nekrosis, muskulus gizzard.Kedua cacing menyerang banyak sekali unggas, antara lain ayam, kalkun, itik, angsa, maupun puyuh. 

f. Ascaridia sp. 
Banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Cacing ini meyebabkan enteritis terutama pada unggas muda. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh. Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun sanggup juga melalui cacing tanah. Salah satu referensi spesies yang sering menyerang ayam yakni Ascaridia galli.

Anak ayam lebih peka terhadap cacing Ascaridia galli daripada ayam dewasa. White Leghorn lebih peka daripada ayam ras yang lain. Lewat umur tiga bulan ayam akan lebih tahan, hal ini berkaitan dengan meningkatnya sel-sel goblet dalam usus. Cacing muda lebih banyak menjadikan kerusakan pada mukosa usus, lantaran larva cacing cenderung membenamkan diri pada mukosa sehingga sering mengakibatkan perdarahan dan enteritis.

Gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing A. galli tergantung pada tingkat infeksi. Pada infeksi berat akan terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan terhambat, kekurusan , kelemahan umum dan penurunan produksi telur. Penyakit cacing oleh Ascaridia galli mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak. Cacing cukup umur hidup di kanal pencernaan, apabila dalam jumlah besar maka sanggup mengakibatkan sumbatan dalam usus. Penjelasan selanjutnya menyebutkan bahwa kerugian disebabkan oleh lantaran cacing menghisap sari masakan dalam usus ayam yang ditumpangi sehingga ayam akan menderita kekurangan gisi.

Ascaridi galli mempunyai ciri-ciri berwarna putih, bentuk bulat, tidak bersegmen dan panjang 6 - 13 cm. Ascaridia galli umumnya yang jantan berukuran lebih besar daripada betina. Pada cacing jantan diameter berukuran 30 - 80 mm, sedangkan pada betina berdiameter 0,5 - 1,2 mm. Gambar .2, menunjukkan cacing Ascaridia galli.

Siklus hidup Ascaridia galli pada ayam berlangsung 35 hari. Telur cacing akan keluar lewat tinja ayam dan menjadi infektif dalam waktu 5 hari pada suhu optimum, yaitu 32 - 340C. Sewaktu ayam sedang makan, telur infektif tertelan yang kemudian menetas di lumen usus. Larva cacing melewati usus pindah ke selaput lendir. Periode perpindahan terjadi antara 10 - 17 hari dalam masa perkembangan. Dalam waktu 35 hari cacing menjadi cukup umur dan mulai bertelur. Sesudah cacing menjadi cukup umur akan meninggalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini.

Apabila cacing genus Ascaris yang ditemukan dalam usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal ini terjadi lantaran cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannnya makanan, bahkan cacing mengeluarkan zat antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan.

g. Heterakis gallinarum
Cacing Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap tragedi blackhead pada ayam, lantaran ovum cacing sanggup mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang mengakibatkan blackhead. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan sanggup dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga mengakibatkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding sekum. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, puyuh, itik, angsa. 
2. Cestodosis
Raillietina spp.
Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti selesai hidup jawaban komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp.

Infeksi Cestoda mempunyai tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan trematoda. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp.

Cacing Raillietina spp tergolong dalam phylum Platyhelmintes, Class Cestoidea, Sub Class Cestoda, Ordo Cyclophyllidea, Famili Davaineidea, Genus Railietina dan Spesies Raillietina spp.

Morfologi Raiilietina spp
Terdapat 3 spesies cacing Raillietina spp, yaitu Raillietna tetragona, Raillietina echinobothrida dan Raillietina cesticillus. Di bawah ini secara rinci morfologi masing-masing spesies cacing Raiilietina spp diterangkan. 

a. Raiilietina tetragona 
Raiilietina tetragona merupakan cacing pita ayam yang terpanjang, mencapai 25 cm dan lebar proglottidnya 1 - 4 mm. Lebar skoleksnya 175 - 350 mikron dan mempunyai rostellum yang diameternya 200 - 300 mikron. Pada rostellumnya terdapat 2 atau 3 barisan yang terdiri dari 90 - 120 duri yang panjangnya 6 - 8 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8 - 12 baris duri yang panjangnya 3 - 8 mikron. Lubang kelaminnya biasanya unilateral, adakala saja berselang seling tak teratur, letaknya di depan tengah-tengah sisi proglottid yang matang. Terdapat 18 - 32 testes pada setiap ruas. uterus berisi kapsul yang masing-maisng mengandung 6 - 12 telur yang berukuran 25 - 50 mikron (Soulsby, 1982). Kantong sirrusnya kecil, dengan panjang 75 - 100 mikron (Reid, 1984). Gambar 1 mengatakan skoleks dan segmen serta lubang genital Raillietina tetragona.

b. Raillietina echinobothrida
Raillietina echinobothrida, panjangnya mencapai 250 mm dengan lebar 1 - 4 mm. Skoleksnya bergaris tengan 250 - 450 mikron, sedang rostelum bergaris tengah 100 - 250 mikron yang dilengkapi dengan dua baris kait-kait sebanyak 200 - 250 yang panjangnya 10 - 13 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8 - 15 baris duri-duri dengan ukuran 5 - 15 mikron. Lubang kelaminnya hampir selalu unilateral, terletak di tengah-tengah atau sedikit di belakang tengah-tengah sisi proglottid. Uterus berakhir dengan kapsul yang mengandung 6 - 12 telur. 

Kantong sirrus berjarak sepertiga dari kanal ekskretori dan relatif besar, panjang 130 - 190 mikron. Testes berjumlah antara 20 -45 buah dalam tiap segmen.

Ciri khas cacing ini yaitu segmen posterior akan melepaskan diri pada suatu bentukan yang menyerupai jendela terletak di pertengahan segmen. Akan tetapi bentukan tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap individu.

c. Raiilietna cesticillus.
Panjangnya Raiilietna cesticillus berkisar antara 100 - 130 mm dan lebarnya 1,5 - 3 mm, lebar skolek 300 - 600 mikron. Rostellumnya cukup besar dengan diameter 100 mikron, dilengkapi dengan dua baris terdiri dari 400 - 500 duri yang berukuran 8 - 10 mikron. Alat penghisapnya tidak berduri kait. Dalam tiap proglottid yang matang terdapat 20 -230 testes. Lokasi lubang kelaminnya berselang seling tidak teratur. Kapsul telur, masing-masing mengandung satu telur, mengisi seluruh proglottid yang matang. 

Siklus Hidup Raiilietina spp 
Penyebaran cacing Cestoda pada ayam sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara.. Telur cacing Cestoda yang tergoda oleh inang antara akan menetas di dalam kanal pencernaannya.Telur yang menetas menjelma onkosfir yaitu telur yang telah menjelma embrio banyak sel yang dilengkapi dengan 6 buah kait.

Onkosfir selanjutnya menjelma sistiserkoid dalam waktu 3 ahad sehabis telur tergoda oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam tubuh inang antara hingga dengan inang antara tersebut dimakan oleh inang definitif yaitu ayam.

Setelah ayam memakan inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh adanya acara enzim pencernaan. Segera sehabis sistiserkoid bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding usus. Segmen muda terbentuk di tempat leher dan akan menjelma segmen yang matang dalam waktu 3 minggu. Pada ketika segmen atau strobila berproliferasi di dinding leher, dinding sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang. Selanjutnya sistiserkoid menjelma cacing cukup umur di dalam usus ayam dalam waktu 20 hari

Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa masing-masing spesies cacing dari genus Raillietina spp mempunyai inang antara yang berbeda-beda. Raillietina tetragona memakai semut dari genus tetramorium dan Pheidole serta lalat Musca domestica sebagai inang antara. Raiilietina echinobothrida memakai inang antara semut jenis yang sama dengan Raiilietina tetragona. Sedangkan Raillietina cesticillus mempunyai inang antara berupa kumbang dan lalat Musca domestica. 
Patogenesis 

Cacing yang hidup dalam kanal pencernaan akan mengambil masakan dengan cara menyerap sari masakan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang nyata.
Gejala Klinis 

Gejala klinis jawaban cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, tanda-tanda umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telur dan kesehatan secara umum juga merupakan tanda-tanda umum jawaban infeksi cacing Cestoda.
Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak jarang mengakibatkan hypoglicemia dan hypoproteinemia. 

R. cesticillus mengakibatkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat sanggup mengakibatkan kekerdilan. Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa enteritis haemorrhagia. Cacing ini mengakibatkan degenerasi dan peradangan pada vili-villi selaput lendir usus.

Raillietina echinobothrida mengakibatkan diarre berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan Raillietina tetragona mengakibatkan pembentukan nodul-nodul pada dinding kanal pencernaan. Diantara kedua jenis cacing Cestoda tersebut, yang paling banyak meninmbulkan kerusakan yakni Raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona sanggup mengakibatkan penurunan bobot tubuh dan produksi telur pada ras-ras ayam tertentu.

Diagnosis
Diagnosis penyakit didasarkan atas tanda-tanda klinik yang tampak dan sejarah timbulnya penyakit. selain itu sanggup pula dengan melaksanakan investigasi tinja secara mikroskopis dimana akan ditemukan proglottid masak yang lepas atau telur cacing yang keluar bersama tinja. Kelemahan investigasi ini yakni tidak selalu berhasil lantaran progolttid masak tidak dikeluarkan bersama tinja terus-menerus. Pada investigasi pasca mati akan didapat diagnosis yang memuaskan lantaran ditemukan spesies cacingnya. Teknik diagnosis yang lain yakni dengan melihat bungkul-bungkul pada mukosa usus dimana cacing mengkaitkan diri pada infeksi R. echinobothrida, Enteritis Catharallis chronica, hyperplasia dinding usus pada tempat cacing melekatkan diri dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus.

3.Trematodosis
Penyakit benalu cacing oleh cacing trematoda pada unggas yang populer yakni Echonostoma revolutum. Cacing ini hidup di rektum dan sekum ayam, itik, angsa, dan unggas air lainnya, burung merpati dan banyak sekali burung lain serta mamalia, termasuk tikus air bahkan insan di seluruh dunia.

0 Response to "Penyakit Pada Unggas Akhir Benalu Cacing"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel